Dahulu, Nabî Mûsâ عليه الصلاة والسلام bersama Banî Isrô-îl itu ada dalam ketakutan saat menyeberangi laut Merah karena dikejar-kejar oleh Fir‘aun dan bala tentaranya…
Dahulu, Nabî Muhammad ﷺ bersama Shohâbat mulia Abû Bakar ash-Shiddîq رضي الله عنه ada dalam ketercekaman di gelap malam ketika meninggalkan Makkah untuk hijroh ke Madînah karena dikejar oleh Kâfir Quraisy…
Maka apakah itu artinya الله tidak sayang kepada Nabî Mûsâ? Atau apakah itu artinya الله meninggalkan Baginda Nabî Muhammad?
Tentunya tidak, bukan…?
Sungguh الله tidak pernah menuntut hasil. Tetapi الله ingin kita berjuang untuk memperbaiki keadaan, menebar kebaikan, dan menegakkan kebenaran…
Sungguh الله ingin kita meneteskan air mata kita dalam do'a-do'a penuh harap cemas di ⅓ akhir malam…
Apapun juga endingnya, yang menang itu adalah yang dimenangkan oleh الله, kita tak tahu apakah itu sebagai nikmat ataukah sebagai ujian, yang jelas taqdir baik itu adalah berasal dari الله, dengan kewajiban bersyukur bagi hamba yang berîmân.
Begitu juga yang kalah itu adalah yang dikalahkan oleh الله, kita tak tahu apakah itu sebagai hukuman atau sebagai ujian, yang jelas taqdir buruk itu pun berasal dari الله, dengan kewajiban untuk bersabar dan tawakkal bagi hamba yang berîmân.
Seorang mu’min selalu berprasangka baik kepada الله dan memuji الله dalam kondisi apapun juga, baik tatkala ia mendapatkan nikmat, maupun tatkala ia diuji dengan kesusahan.
نسأل الله السلامة والعافية
Arsyad Syahrial
10 jam ·
Galau? Sedih? Pasti!
Namun, kita sudah berdo'a dan kita sudah berikhtiar. Kalau hasil belum sesuai keinginan, bukan berarti "kita kalah" atau "الله tidak ridhô".
Tetapi kemenangan yang hakiki, kemenangan yang sejati itu adalah ketika kaki kita melangkah masuk ke Syurga-Nya.
Kemenangan di Dunia bukanlah ukuran, karena para Nabiyullôh pun tak selalu dimenangkan.
Bukankah Nabî Mûsâ عليه الصلاة والسلام diwafatkan oleh الله dalam keadaan belum menaklukkan Baitul-Maqdis karena Banî Isrô-îl menolak berjihâd bersamanya?
Bukankah Nabî ‘Îsâ عليه الصلاة والسلام diangkat ke Langit oleh الله pada saat Yahûdi Banî Isrô-îl memburu-burunya untuk dibunuh?
Bukankah ayah dan anak, Nabî Zakariyâ ibn Dan عليه السلام dan Nabî Yahyâ ibn Zakariyâ عليه السلام, keduanya dibunuh dengan cara yang keji?
Lalu apakah mereka gagal? Apakah mereka kalah?
Tidak! Sekali-kali tidak!
Mereka adalah para Nabiyullôh yang suci, tempat mereka tinggi sekali di Syurga-Nya.
Sungguh الله menilai perjuangan. Pahala itu ada pada ‘amal, bukan pada hasil.
Tetaplah bersabar, terus usaha dan berdo'a, jangan terpancing.
Pun kalau memang tak sesuai harapan, kita wajib tawakkal. Tawakkal itu bukan berarti "nrimo", tapi bersabar dan tetap berjuang demi tegaknya kebenaran.
Mungkin الله mau menguji kita, seberapa teguhnya îmân kita.
Mungkin الله mau menguji kita, sampai di mana kita menggantungkan diri kita kepada-Nya, mengakui kekuasaan-Nya dan ketidakberdayaan diri kita.
Belum dimenangkan bukanlah berarti kalah, tetapi kita harus terus berjuang, harus terus berusaha dengan gigih, dengan ‘ilmu, harta, keringat, air mata, bahkan kalau perlu darah, demi tegaknya kebenaran. Kita harus terus membersamai kebenaran.
نسأل الله السلامة والعافية
Adapun bagi orang-orang yang jahat, curang, lagi khianat, maka kita do'akan semoga la‘nat الله turunkan bagi orang-orang yang jahat, curang, lagi khianat itu. Semoga الله hinakan mereka di Dunia dan Âkhirot. Semoga الله hitamkan wajah-wajah mereka. Kemudian bagi orang-orang yang bebal dan tetap mendukung orang-orang zhôlim, semoga الله jauhkan mereka dari rahmat-Nya.
Arsyad Syahrial
16 jam ·
#Aboud Basyarahil