Dari Mana Asalnya Jabariyyah dan Murji-ah GPK Kokohiyyun

Dari Mana Asalnya Jabariyyah dan Murji-ah GPK Kokohiyyun - Kajian Medina
*“Dari Mana Asalnya Jabariyyah & Murji-ah GPK Kokohiyyun?”*

Mungkin pada bertanya-tanya, kenapa sih GPK Kokohiyyun itu Jabariyyah dan Murji-ah sekaligus ketika berurusan dengan Pilpres, padahal mereka katanya merujuk ke ‘ulamâ’-‘ulamâ’ di Sa‘ûdi?

Awalnya saya juga bingung, karena ‘ulamâ’-‘ulamâ’ kibâr di Sa‘ûdi itu tidak berpemahaman Neo Murji-ah, apalagi Jabariyyah, seperti GPK Kokohiyyun itu. Lantas dari mana kok GPK Kokohiyyun itu begitu?

Ternyata, sebagaimana pantun Melayu Zaman Old: dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali… seorang ustâdz mengatakan kepada saya bahwa asalnya ‘aqîdah sesat GPK Kokohiyyun itu adalah dari Urdun… madzhab oknum yang mengaku-ngaku murid dari Syaikh Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî رحمه الله, yang kemudian dijadikan Marja’ Taqlid oleh GPK Kokohiyyun.

Hari ini saya menemukan buktinya pada screenshot di bawah yang mengutip fatwa dari Marja’ Taqlid-nya GPK Kokohiyyun itu, di mana setidaknya ada 3 bukti kengawuran dari Marja’ Taqlid-nya GPK Kokohiyyun itu.

Perhatikan…

🔴 Pertama, mengatakan: "…yang lainnya sampai sekarang, siapa di antara mereka yang memenuhi janjinya? Tidak ada kan?".

☠ Ini jelas adalah pernyataan seseorang yang SOK TAHU berbicara tanpa ‘ilmu.

Iya, Soekarno dan Soeharto, kemudian setelahnya Habibie, lalu Abdurrahman Wahid dan penggantinya Megawati, mereka itu bukanlah presiden yang naik dalam Pilpres langsung, tetapi semuanya adalah hasil dari sistem perwakilan. Rakyat memilih anggota DPR, kemudian anggota DPR yang memilih presiden. Begitu sistemnya. Jadi janji apa yang tidak mereka tepati? Mereka tidak berjanji dalam kampanye kok?

Baru SBY lah presiden yang terpilih dari pemilihan langsung, dan rakyat memilihnya untuk kedua kalinya tentunya bukan tanpa sebab, bukan? Pasti rakyat memilih karena merasa prestasinya baik, walau tentunya ada satu dua, atau beberapa hal yang kurang. Namun secara garis besar, nilainya baik. Sedangkan kalau sekarang rakyat begitu kuat menginginkan perubahan, ya pasti ada apa-apanya dong?

Hal sesederhana itu saja kok ya tidak bisa membedakan? Marja’ Taqlid macam apa itu???

🔴 Kedua, mengatakan: "…krisis yang ada merupakan limpahan dari pemerintahan sebelumnya, kemudian sebelumnya, dan sebelumnya, dan sangat rumit".

☠ Inilah bentuk ‘aqîdah sesat Jabariyyah…!!!

Iya, lantas karena krisis yang ada sekarang merupakan limpahan dari rezim periode sebelumnya, dan rezim periode sebelumnya dapat limpahan dari rezim periode sebelumnya lagi, sangat rumit, lantas rakyat diam saja gitu? Cukup bisa cari nafkah sekadarnya, bisa kawin-mawin beranak pinak, bisa ngaji-ngaji dan seteleh itu kongkow-kongkow kulineran, gitu???

نَعُوْذُبِاللهِ مِنْ ذَلِكَ

⚠ Apa lupa ayat suci bahwa الله tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum itu berusaha untuk merubah nasibnya sendiri???

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

(arti) _“Sungguh-sungguh Allôh tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka sendiri yang berusaha merubah keadaan yang ada pada diri mereka.”_ [QS ar-Ro‘d (13) ayat 11].

❗ Perubahan itu tidak akan terjadi apabila kita tidak berjuang mengusahakan perubahan…!!!

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ ۞ لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ ۞ وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

(arti) _“Al-Qur-ân itu tiada lain hanyalah peringatan bagi Semesta Alam, (yaitu) bagi siapa saja di antara kalian yang ingin menempuh jalan yang lurus. Dan kalian tidak dapat menghendaki (untuk menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allôh, Robb Semesta Alam.”_ [QS at-Takwîr (81) ayat 27-29].

Pada ayat suci tersebut, الله mengatakan: “لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ” (artinya: (yaitu) bagi siapa saja di antara kalian yang menempuh jalan yang lurus) yang mana ini adalah bantahan telak untuk ‘aqîdah rusak Jabariyyah, karena ternyata الله menetapkan adanya kehendak bagi hamba-Nya. Jadi sama sekali tidak benar keyakinan Jabariyyah itu yang mengatakan bahwa hamba dipaksa oleh الله menerima nasibt anpa memiliki kehendak sama sekali.

Kemudian pada ayat berikutnya, الله mengatakan: “وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ” (artinya: dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allôh, Robb Semesta Alam) yang jelas menyatakan bahwa kehendak dari makhluq itu terjadi sesuai dengan kehendak الله. Jadi sama sekali tidak benar ‘aqîdah rusak Qodariyyah yang meyakini bahwa kehendak hamba itu berdiri sendiri (free will) dan diciptakan oleh si hamba tanpa adanya kehendak الله. Jelas الله mengaitkan kehendak hamba dengan kehendak-Nya, kehendak makhluq terjadi atas kehendak الله.

🔴 Ketiga, mengatakan: "apabila ada dari salah satu calon yang mudhorotnya paling ringan, janganlah kalian menampakkan dukungan kalian secara terang-terangan kepadanya, karena kalian akan di anggap menjadi oposisi, dan kita tahu dimana pun itu di dunia, bahwa oposisi akan selalu dipersulit oleh petahana".

☠ Inilah ‘aqîdah para pengecut Neo Murji-ah, para penjilat telapak kaki hukkâm yang zhôlim…!

Padahal sudah jelas-jelas kezhôliman merajalela, lalu diam saja jangan menampakkan dukungan kepada kebenaran???

Innâlilillâhi… benar-benar rusak fatwa Marja’ Taqlid-nya kaum Neo Murji-ah GPK Kokohiyyun itu…!

Padahal, berjihâd menegakkan al-haq itu adalah ciri utama dari orang-orang yang berîmân.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِالل

(arti) _“Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‘rûf dan mencegah dari yang mungkar, dan berîmân kepada Allôh.”_ [QS Âli 'Imrôn (3) ayat 110].

Bahkan, berjihâd menegakkan amar ma‘rûf nahyi munkar itu adalah pembeda antara orang berîmân dengan orang munâfiq.

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ

(arti) _“Dan orang-orang yang berîmân, laki-laki dan perempuan, sebagian dari mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma‘rûf dan mencegah dari kemungkaran, mendirikan sholât, membayarkan zakat, dan mereka ta'at kepada Allôh dan Rosûl-Nya.”_ [QS at-Tawbah (9) ayat 71].

⚠ Perhatikan pada kedua ayat suci di atas الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mendahulukan penyebutan ‘amal shôlih menegakkan yang ma‘rûf mencegah kemungkaran terlebih dahulu dibanding ‘amal yang lainnya.

Tidak main-main perintah amar ma‘rûf nahyi munkar itu, dan itu harus dilakukan secara konsisten dan nyata karena Baginda Nabî ﷺ memerintahkan mengatakan kebenaran walau sekalipun itu pahit, bukan bersembunyi layaknya pengecut dengan alasan takut tekanan rezim hukkâm yang zhôlim…!

📌 Kata Baginda Nabî ﷺ:

قُلِ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا

(arti) _“Katakanlah kebenaran sekalipun itu pahit.”_ [HR al-Bayhaqi, Syu‘abul Îmân no 4737; Ibnu Hibbân no 362; al-Qodho‘i, al-Musnad no 610; ath-Thobrônî, Makarimul-Akhlâq no 1; al-Ajurî, al-Arba‘în no 44].

🚫 Ahlus-Sunnah itu bukanlah pengecut, bukan yang bisa tenang-tenang ketika kebâthilan dan kezhôliman terjadi di sekitarnya sementara dia cuek saja merasa everything is okay karena dia tetap bisa mencari nafkah sekadarnya, bisa ngaji-ngaji lalu kulineran sambil kongkow-kongkow, bisa kawin-mawin beranak pinak… TIDAK…!!!

Tetapi, Ahlus-Sunnah itu adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Baginda Nabî ﷺ…

📌 Kata Baginda Nabî ﷺ:

لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ نَاوَأَهُمْ حَتَّى يُقَاتِلَ آخِرُهُمُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ

(arti) _“Akan senantiasa ada di antara ummatku sekelompok orang yang bertempur membela kebenaran dan unggul atas lawan-lawan mereka, hingga orang yang terakhir di antara mereka memerangi al-Masîh ad-Dajjâl.”_ [HR Abû Dâwud no 2484; Ahmad no 19073].

⁉ Sangat jelas bukan di mana letaknya kesesatan dari Marja’ Taqlid GPK Kokohiyyun yang sudah ditahdzîr sejak lama oleh al-Lajnah ad-Dâ-imah lil-Buhûts wal-Iftâ’ dan masyaikh Hai-ah Kibâril-‘Ulamâ’ itu?

❓ Adapun bagi kita Ummat Islâm pertanyaannya adalah: apakah masih mau merujuk perkara agama kepada GPK Kokohiyyun dan Marja’ Taqlidnya itu? Lagi-lagi, it's just another case of "IQ itu given, stupid itu pilihan".

Demikian, semoga dapat dipahami..

❤ Kita berdo'a:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْدُعَاةُ عَلَى أَبْوَابُ جَهَنَّم
{allôhumma innî a-‘ûdzubika minad-du‘âtu ‘alâ abwâbu jahannam}

(arti) "Wahai Allôh, saya berlindung kepada Engkau dari da‘i-da‘i yang memanggil-manggil di depan pintu Jahannam."

Arsyad Syahrial
7 April pukul 20.34 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.