Untukmu NU, betapa sabarnya engkau. Jumlahmu mayoritas tetapi engkau sabar menghadapi sebagian minoritas yang terus mencelamu. Engkau sering dibilang ahli bid'ah, ahli syirik, kyai murtad, agama ngaNU, penyembah kuburan, dan semisalnya. Aku tahu, jumlah mereka yang mencela itu tak sebanding denganmu yang memiliki basis masa atau pengikut puluhan juta penduduk di negeri ini. Mungkin mereka berpikir engkau adalah kumpulan orang-orang bodoh yang tak paham agama. Padahal bisa jadi sebaliknya.
Sebagian mereka yang mencelamu berlebihan, seakan merasa tak punya aib. Mereka yang mencelamu berlebihan seakan lupa kepada siapa mereka dahulu sejak kecil belajar alif ba' ta? Kepada para Kyai kampung. Mereka yang mencelamu berlebihan seakan lupa kepada siapa orang tua dan kakek nenek mereka dahulu belajar agama, belajar membaca Al-Qur'an? Kepada Kyai kampung. Mereka yang mencelamu berlebihan, seakan lupa siapa yang berjasa dalam mendirikan negeri ini, ikut andil dalam memerdekakan negeri ini, siapa yang menjadi korban kebiadaban PKI, siapa yang berusaha terus menjaga keutuhan NKRI dan seterusnya? Para Kyai, para santri, dan umat Islam umumnya.
Tak bisa dibayangkan, sekiranya mayoritas dipegang oleh orang-orang yang gampang kopar kapir, ahli bid'ah, khilafah, tumpahkan darahnya, dan lainnya, entah akan jadi apa negeriku ini kelak. Damailah selalu negeriku, damailah Indonesiaku. Buat NU dan Muhammadiyah, teruslah jaga kedaulatan negeri ini. Teruslah jaga kedamaian dan kerukunan negeri ini berasaskan keadilan.
Untukmu NU, kami menyadari engkau bukanlah kumpulan malaikat yang tak pernah keliru. Demikian pula kami. Barangkali ada cela padamu sama seperti kami juga. Tapi kami yakin banyak pula kebaikan-kebaikanmu yang mungkin tidak sebanding dengan kami. Mungkin kami kebanyakan hanyalah kumpulan orang-orang yang baru lahir kemarin yang seakan tahu segalanya. Padahal bisa jadi sebagian kami hanyalah kumpulan orang-orang yang mudah terbawa arus, emosi, hoax, buruk sangka, kebencian, dan semisalnya.
Orang yang pernah merasakan belajar kepada para Kyai akan tahu betapa tulusnya mereka dibalut kesederhanaan dan akhlak yang baik. Semoga Allah merahmati guru-guru kita semua. Kepada para tuan guru, para sepuh, para ustadz, para kyai, para alim ulama, semoga engkau semua bisa duduk bersama bersatu guna memajukan Islam dan kaum muslimin di negeri ini serta menciptakan kerukunan dan kedamaian di negeri ini. Aamiin...
Nb: Tulisan di atas hanyalah ungkapan rasa syukur saya pribadi yang pernah belajar kepada para Kyai NU. Tentu bukan artinya saya fanatik terhadap NU. Sebab tercatat sebagai anggota atau simpatisan saja tidak.
Robi Maulana Saifullah
4 Maret pukul 07.54 ·
Sebelum saya menulis soal NU dan Munas NU kemarin, Alhamdulillah saya sudah menyimak sedikit banyak argumentasi dari kedua belah pihak yang pro dan kontra terkait isu/pembahasan non muslim. Terutama dari internal NU sendiri. Dan hal itu merupakan hal yang sangat wajar. Selama dalam nuansa ilmiyyah dan dapat dipertanggungjawabkan. Itu menunjukkan kemajuan pola berpikir yang baik. Jangankan ormas sebesar NU, kelompok kecil saja ada yang terus ribut di antara mereka. Sudahlah kecil, ribut lagi. Kasian jadinya.
Yang saya sesalkan adalah komentar para komentator yang kebanyakan kosong tanpa isi. Seolah paham persoalan tapi sebagiannya tak paham persoalan. Hanya ikut-ikutan saja dan hanya asal komentar saja. Semangat mengingkari tapi tidak diasaskan pada data dan argumentasi yang kuat serta sikap yang baik. Yang parahnya belum apa-apa menuduh dan mencela dengan yang tak pantas bak kebiasaan preman terminal. Komentar seperti itu membuat malas untuk menanggapinya dan malah bikin capek.
Saya menulis soal NU dan Munas NU hanya ingin memberikan informasi berimbang. Juga ketika menyampaikan kebaikan NU, itu hanya sebagai wujud terima kasih saya atas kebaikan NU bagi diri saya dan negeri ini umumnya. Itu pun bukan artinya saya fanatik terhadap NU. Jangankan untuk fanatik, tercatat sebagai simpatisan dan anggota saja tidak. Demikian semoga dapat dipahami dan semoga tidak muncul lagi komentar yang kurang pantas. Soal Anda setuju atau tidak setuju itu bebas selama dapat dipertanggungjawabkan.
Selesai. Allahu a'lam.
Robi Maulana Saifullah
4 Maret pukul 15.48 ·
#Robi Maulana Saifullah