"Mengapa saya tidak terkesan bangga sebagai salafi menurut sebagian orang?" tuturnya.
Jawabannya sederhana. Mengenal dan memahami (meski sejauh ini belum secara utuh) dakwah salafiyyah bagi saya bukan termasuk hal yang patut dibanggakan tetapi patut disyukuri, dilestarikan, dan ditumbuhkembangkan.
Disyukuri karena merupakan karunia Allah yang tak terkira nilainya dapat mengenali ilmu Alquran dan Hadis dari para ulama baik klasik maupun kontemporer. Disyukuri juga karena dengannya ilmu, iman, amal ibadah serta ihwal seluruhnya diupayakan agar serasi dengan apa yang dipraktikkan oleh generasi Salaf. Semoga itu semua semakin bernilai apabila dilestarikan dan ditumbuhkembangkan di Sisi Allah 'Azza wa Jalla. Semoga Allah karuniakan istiqamah dalam beribadah kepada-Nya.
Bangga apabila diartikan bahwa lantas saya membatasi diri dalam membaca berbagai persoalan dan tantangan umat lewat perspektif tertentu saja justru mengkawatirkan. Saya sejak dulu berpesan kepada seorang teman yang saya percaya, tolong carikan sebanyak-banyaknya penafsiran tentang berbangga dan bergembiranya setiap puak dengan apa yang ada bersama mereka (Kullu hizbin bimā ladaihim farihūn), apakah juga memaksudkan siapa saja sekalipun mengusung jargon "Dakwah Salaf"?
Tentunya hal ini sangat merisaukan mengingat rasa bangga kerap cenderung menjadikan sebagian orang memilih menutup diri tidak ingin belajar melainkan hanya dari sosok tertentu sesuai penilaiannya dan kurang tajam dalam melihat nilai kebaikan kecuali hanya di kelompok yang menaunginya saja. Kendati ia melihatnya, belum tentu ia berani mengungkapkannya karena dirinya terkurung di dalam sel komunitas.
Lain kali disambung lagi :D
Alee Massaid
6 Maret pukul 11.48 ·
#Alee Massaid