Ternyata Kita Sama-Sama Muqollid!

Ternyata Kita Sama-Sama Muqollid! - Kajian Medina
[WALLAHI KISAH NYATA] TERNYATA KITA SAMA-SAMA MUQOLLID !

Oleh : Faruq Sinambela (Santri Tareem,Hadhromaut)

Malam itu cuaca begitu sejuk karena saat itu memang lagi musim dingin,saya bertemu dengan salah seorang gurunya para guru madzhab tarjiih yaman,beliau itu dikenal sebagai syaikh ushuuliy,lughowiy,faqiih,bukan kaleng-kaleng,beliau muridnya syaikh bin baz,syaikh ibnu utsaimin dan ulama kibar lainnya yang sudah wafat,kalau tidak salah beliau pake jaket warna coklat sedang saya pake jaket warna hitam,malam itu saya dan beliau sama-sama terlihat tampan,bedanya beliau lbh mancung dari saya,beliau baru saja mengisi pengajian disalah satu masjid ditarim.

Setelah mengisi pengajian beliau singgah ke masjid yang berdekatan dengan apartemen kami masjid ISA,jam menunjukkan pukul 7 : 20 malam (maghrib menjelang) isya,saat itu tanpa sengaja saya berpapasan dengan beliau di pintu masjid,seperti biasa saya mulai mengucapkan salam ke beliau karena nabi kita berpesan sebaik-baik kalian adalah yang pertama kali mengucapkan salam,seperti biasa beliau tersenyum lalu jawab salam sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Singkatnya,Saya dan beliau serta anak beliau yg paling besar dan seorang temen saya berkebangsaan yamaniy (sekarang sudah mengajar di jawa),kita ngobrol sebentar saling tukar kabar dan berita.

Lalu di akhir perbincangan saya berkata ke beliau (pake lahjah yaman) :

يا شيخ بأسافر إلى البلاد،حدشي من نصيحة لي؟

Ya syaikh ba usāfir ilal bilād (Wahai syaikh saya mw safar ke indonesia) apakah kamu ada nasehat untuk saya ??

Syaikh yang mengetahui bahwa saya pelajar fiqh madzhab syafiiy dan taqlid kepada madzhab syafiiy berkata :

نعم،اترك المذهب,لا تقلد المذهب،لا تقلد الشافعي،لا تقلد النووي،لا تقلد الرافعي لا تقلد القول ليس عليه دليل،خذ ما هو الراجح !!

"Ya ada,tinggalkan madzhab,jangan taqlid kepada madzhab,jangan taqlid kepada Syafi'iy, jangan taqlid kepada nawawiy, jangan taqlid kepada rofi'iy,jangan kamu mengikuti suatu pendapat yang gak ada dalilnya,ambillah pendapat yg rojih (pendapat yang lebih dekat kepada dalil) !!

Saya : Ya syaikh,boleh saya tanya sesuatu ? (Demi Allah Ini nanya beneran,bukan ngetes,saya cuma mw dapat faedah serta jawaban yg memuaskan dari beliau )

Syaikh : Tafaddol ! (Silahkan !)

Saya : Apakah mungkin ulama sekelas Imam Asy-Syafi'iy atau ulama Syafi'iyyah lainnya (seperti imam rofi'iy,imam nawawi) itu berbicara tanpa dalil ??

Syaikh : Tidak mungkin,pasti mereka berbicara pake dalil,mereka ada dalil tapi dalil mereka itu terkadang lemah (ini satu bukti kefaqihan beliau,tw diri,beliau menjaga adab terhadap ulama,kalau beliau jawab "Mereka bicara tanpa dalil" maka itu satu bukti kebodohan,kalau itu terjadi maka gak perlu dilanjutkan diskusinya)

Saya : Lalu siapalah kiranya kita ini yang memvonis kalau pendapat imam madzhab itu dalilnya lemah ??

Syaikh dapat panggilan,setelah selesai menjawab panggilan saya malu untuk mengulang pertanyaan barusan,lalu saya utarakan pertanyaan lain.

Saya : Apakah orang seperti saya sudah layak untuk mentarjīh permasalahan fiqh ? Dan maaf syaikh apakah antum sudah sampai derajat mujtahid Tarjīh ??

Syaikh : Laaaaaaa,Siapalah saya ini,derajat mujtahid tarjih adalah derajat yang sangat tinggi (Pengakuan sendiri)

Saya : Kalau begitu siapalah saya ini sampai harus mentarjīh,dan maaf siapa juga antum sampai mentarjīh ??

Syaikh : Tidaaaak..Kamu salah ya abdurrahman faruq,kita tidak mentarjīh dengan ilmu kita,tapi kita justru mengambil apa saja yg dirojihkan oleh ibnu taimiyah dan muridnya,tarjiih daud adh-dhohiriy dan fulan,fulan,fulan serta ulama-ulama yg lain (sembari menyebutkan beberapa nama ulama terdahulu)

Saya :

في البداية قلت لي : اترك المذهب,لا تقلد المذهب،لا تقلد الشافعي أو أصحابه،لا تقلد أحدا،خذ ما هو الراجح !!

"Lahhhhh,Tadi diawal antum katakan ke saya, "Tinggalkan madzhab,jangan taqlid kepada madzhab,jangan taqlid kepada Syafi'iy atau ash habnya,jangan taqlid kepada seseorangpun,lalu ambillah pendapat yg rojih (pendapat yang lebih dekat kepada dalil) !!

والآن فهمت من كلامك أنك قلدت ترجيح ابن تيمية كما أنني قلدت ترجيح الشافعي،إذن إيش الفرق بيني وبينك ؟ أنا مقلد وأنت مقلد ! فكلنا مقلدون، وكلنا لم نبلغ رتبة الإجتهاد.

"Nah sekarang yang saya fahami dari ucapanmu kalau kamu juga ternyata taqlīd kepada tarjīh imam ibnu taimiyah sebagaimana saya juga taqlīd kepada tarjīh imam asy-Syafi'iy,lalu apa bedanya saya sama antum ? saya muqollid antum juga muqollid,kita berdua sama-sama muqollid,dan kita berdua sama-sama belum mencapai derajat mujtahid.

SETELAH ITU DEMI ALLAH BELIAU TERDIAM SEKITAR 40 DETIK.

(Perlu diketahui bahwa dinegri-negri arab (baik diyaman,saudi,sudan,mesir) ada adat yg berbeda dengan negri kita,di negri arab kita diskusi sama guru-guru kita lalu ngotot mempertahankan hujjah itu biasa,tidak dianggap melawan guru,tidak seperti umumnya di indonesia : kita debat dikit aja langsung dibilang : Ini ana maju kali,masih bau kencur dah berani debat saya,😁😁 (Tapi itu gak semua siihh,sebab ada guru-guru kita yg selalu lapang dadanya,menerima diskusi ilmiyah dan mw menerima kebenaran)

Lagi-lagi saya katakan pertanyaan saya ke syaikh tersebut sama sekali tidak ada niatan mendebat beliau apalagi merendahkan beliau,atau menunjukkan kalau saya hebat atau apalah itu,pertanyaaan itu murni ingin cari faedah serta tambahan ilmu,kalau jawabannya memuaskan pasti saya ikut,jika niat tulus insya allah Allah akan ditambahkan ilmu yg bermanfaat bagi kita,jika ternyata sebaliknya maka tunggulah teguran dari Allah,dijamin gak akan berkah ilmu yg didapat,karena ilmu hanya akan didapat dengan taqwa,kesungguhan serta menghormati ulama/guru)

Lalu setelah pertanyaan itu : "Azan sholat isya berkumandang,jawaban beliau kurang jelas,gak bisa difahami,terbata-bata,bahasa kitanya : Agak ngalur ngidul gitu,lalu beliau cepet-cepet pamit utk ambil wudhu,malam itu dialog selesai begitu saja,ya berharap di pertemuan yg lain beliau jawab pertanyaan tersebut.

ENDINGNYA : Setelah diskusi itu beliau tambah cinta sama saya,saya sering sekali saya makan siang di rumahnya,tapi sedikitpun beliau gak nyinggung pertanyaan itu,saya juga malu mw tanyakan hal itu ke beliau,semoga pertanyaan-pertanyaan saya tidak dianggap sebagai jur'ah kepada beliau,semoga Allah terus berkahi ilmu saya dan juga berkahi ilmu mereka yang membaca tulisan ini sampai habis,Aamiin ya robbal 'Aalamin

Kisah ini ditulis apa adanya,tidak ditambah tidak juga dikurang,ambil faedah dari tulisan ini lalu tinggalkan hal yang tidak berfaedah,untuk menjaga harga diri sang syaikh saya tidak menyebutkan nama beliau di tulisan ini,dan saya harapkan tdk ada yg menyebutkannya disini.

KESIMPULANNYA :

Mereka yang mentarjih atau mengaku "MUTTABI" sejatinya adalah MUQOLLID,karena siapa saja yang belum sampai derajat Mujtahid maka dia muqollid.

KALAU KITA SEMUA TERNYATA HANYA BARU TARAF MUQOLLID MAKA UNTUK APA MERASA PALING BENAR LALU MENYALAHKAN YANG LAIN ? mari budayakan sikap saling menghargai dalam masalah khilafiyah.

Beberapa waktu lalu tulisan ini sudah saya posting,tapi saya repost ulang agar bisa diambil hikmahnya,BARAKALLAHU FIIKUM.

Selesai_Tarim,Hadhromaut,Yaman Selatan.

Faruq Sinambela
20 Maret pukul 14.47 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.