Sebab cara ngomongnya kayak yang ngarti agama banget. Sedikit-sedikit ayat, sedikit-sedikit hadits. Gimana kita nggak salah sangka. Kayak ulama padahal bukan.
Yang lain juga mirip, cuma beda modus. Kostum dan atributnya itu loh yang keren banget. Sorban muter di kepala, gamis putih panjang, jenggot lebat. Juga mirip ulama padahal bukan.
Yang lain lagi juga kayak ahli syariah banget. Gelarnya itu lho, el-ce cing. Mana tahan. Wajar kalau dituduh menguasai semua hukum agama. Hampir seperti ulama padahal bukan.
Yang lain lagi juga mirip ulama. Jidat hitam, celana cingkrang, jenggot berkibar, sorot mata tajam, sedikit-sedikit sunnah, sedikit-sedikit sunnah. Penampilan udah kayak ulama betulan, padahal bukan.
Lalu bagaimana kita bisa mengenal ulama? Matode apa yang bisa dipakai untuk bedakan ori dan kawe?
Buat yang awam, tetap saja susah membedakannya. Sebab orang awam tahunya ulama itu dari kostum, atribut, sorban, jenggot, cingkrang, dan yang kelihatan mata telanjang.
Orang awam mengenal ulama asalkan pintar ceramah, sering ngisi kajian, banyak nampil di yutub, asalkan viewernya banyak, yang ngelike banyak, subscribernya banyak.
Kita yang awam tahunya ulama kalau sering nongol di tv, atau mukanya sering dipajang di baliho perempatan.
Padahal bukan . . .
Ahmad Sarwat, Lc.MA
Ahmad Sarwat
25 Maret pukul 20.47 ·
Ahmad Sarwat : Ulama di kalangan shahabat : Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, Aisyah, Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Ibnu Umar dst
Ulama di kalangan tabiin : Nafi', Mujahid, Atha, Thawus, Said bin Musayyib, Ikrimah, Hasan Al-Bashri dst
Ulama di generasi tabiut-tabiin : Al-Laits, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, Ahmad, At-Tabari, Daud, dst.
Ulama di tiap abad nanti kita buatkan buku khusus, masing-masing lengkap dengan disiplin ilmunya. Semua sudah ada di maktabah syamilah sebenarnya.
Kriteria Ulama itu sebenarnya sederhana saja, cukup tuliskan saja karya-karya, di bidang apa dan levelnya kayak apa.
Nah coba tengok kanan kiri, ada nggak yang bisa disebut ulama saat ini? Tuh yang pada pakai sorban, celana cingkrang, jenggot lebat, sebutkan karya ilmiyahnya, ada nggak? Kalau ada, se berapa berkualitas dan seberapa banyak?
Kalau list ulama di Indonesia mau dibuat, bisa juga. Sebutkan saja karyanya dulu, di bidang disiplin ilmu apa. Kita akan dapat ratusan atau ribuan nama lengkap dengan karyanya di bidang ilmu masing-masing.
Khusus di bidang ilmu fiqih, kita kumpulkan saja yang pada punya karya asli, bukan terjemahan dari orang. Berapa jilid kitabnya dancsebrapa dalam pembahasannya. Kriteria ini masih amat sederhana, baru berdasarkan karya dulu saja.
Mungkin saja kriterianya tidak semata-mata berdasarkan karya ilmiyah. Misalnya berdasarkan sanad berguru. Berapa banyak masyayikhnya dan seberapa banyak muridnya yang jadi ulama juga.
Setiap kitab tahkik atas karya seorang alim, pasti di mukaddimahnya dituliskan sekilas ttg penulis. Dan poin pentingnya adalah : siapa saja gurunya dan siapa saja muridnya. Lalu karyanya di berbagai bidang ilmu biasanya disebutkan juga.
Kalau cuma nagkring jadi pengurus di suatu lembaga berlabel ulama, siapa saja bisa melalukannya.
Bikin aja sendiri organisasi, tempelkan label ulama, apa susahnya. Kalau kurang ide, nih saya kasih usulan, misalnya 1. Dewan Ulama Nasional (DUN)
2. Forum Ulama dan Pakar Nasional (FUPN)
3. Jaringan Ulama Kontemporer (JUK)
4. Lembaga Pengkajian Ulama Independen (LPUI)
5. Majelis Ilmu dan Ulama Nasional (MIUN)
6. Front Ulama dan Da'i Indonesia (FUDI)
7. Pusat Kajian Ulama (PKU)
8. Silaturahmi Ulama Internasional (SUI)
9. Ikatan Ulama Seluruh Indonesia (IUSI)
10. Persaudaraan Ulama Nasional (PUN)
dan bla bla bla bisa 100 lebih nih. Gampang dan mudah. Programnya rapat rapat aja.
#Ahmad Sarwat