Seandainya di masa nabi sudah ada hp pintar, maka tiap nabi bersabda atau melalukan sesuatu, pasti ada postingannya dan viral.
Tiap shahabat memposting apa yang direkamnya pakai kamera video di hp. Ada postingan Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Aisyah, Abu Hurairah dan ratusan atau ribuan lagi.
Boleh jadi wajah ilmu hadits berubah jauh. Karena kabar ttg perbuatan dan ucapan nabi tidak lewat jalur periwayatan dan sanad para perawi, tapi viral lewat sosial media.
Kita tidak kenal sanad periwayatan, tidak kenal istilah hadits shahih, hasan, dhaif, maudhu' dst. Karena setiap orang bisa langsung nonton Nabi langsung di hp masing-masing.
Tapi ini kan mustahil. Di masa itu belum ada listrik, sinyal hp, internet dan servernya. Menulis pun belum pakai pulpen dan kertas, masih mengukir di batu, pelepah kurma, tulang dan kulit.
Maka naql (transmisi) informasi dari Nabi ke generasi umat Islam berikutnya hingga abad 15 hijriyah satu-satunya cuma lewat sanad periwayatan saja.
Dan tidak lah seseorang disebut ulama kalau tidak pernah belajar sistem sanad dan periwayatan ilmu-ilmu keislaman.
Ahmad Sarwat,Lc.MA
Ahmad Sarwat
7 jam ·
#Ahmad Sarwat