Tidak Boleh Mengingkari Dalam Perkara Ijtihad

Tidak Boleh Mengingkari Dalam Perkara Ijtihad - Kajian Medina
Tidak boleh mengingkari dalam perkara ijtihad ( ulama berselisih dalam hukumnya )

"لا إنكار في مسائل الاجتهاد "

Ini kaidah yang sangat agung yang mungkin dijaman ini kita sangat perlu membahasnya lagi, kaidah ini banyak dibahas dalam kitab usul fiqh.

Maksud dari kaidah tersebut adalah tidak boleh bagi seseorang mengingkari ataupun memusuhi orang lain yang mengambil suatu pendapat dari pendapat ulama dimana landasan dari hukum yang dijelaskan oleh ulama tersebut tidak ada nash secara qat'i dari alquran, atau hadits atau ijma' atau dalam kata lain hukum dari masalah yang di jelaskan itu tidak ada dalilnya secara jelas, tegas dan gamblang dari al-quran ataupun hadits.
( al-mustashfa al-imam ghazali 2/354, al-mahsul al-imam arrazi 6/40 )

Adapun Perkara khilafiyah ijtihadiyah dibagi 2 :

Pertama, perkara yang telah jelas hukumnya dan terang benderang penjelesannya dari alquran dan al-hadits, ataupun ijma' maka ( dalil qat'i) barang siapa yang menyelisihi ketetapan hukum yg sudah dijelaskan oleh alquran, al-hadits ataupun ijma' maka wajib kita ingkari orang atau ulama yang seperti itu.

Misalnya alquran menjelskan hukum shalat 5 waktu adalah wajib kemudian ada ulama yang berpendapat dengan mengatakan hukum shalat 5 waktu itu sunnah maka wajib bagi kita untuk mengingkarinya dan tidak boleh mengatakan ini perkara khilafiyah ijtihadiyah.
Seperti kewajiban zakat, haji, puasa ramadhan ini perkara agama yang hukumnya sudah jelas dan tegas dalam alquran dan assunnah maka barangsiapa yang menyelisihi apa yg telah jelas hukumnya dalam alquran dan assunnah maka wajib bagi kita mengingkari orng tersebut siapapun dia.

Kedua, perkara yang tidak dijelaskan hukumnya secara tegas dan jelas didalam al-quran, hadits ataupun ijma' dalam kata lain ada dalil tentang perkara tersebut tapi msih bersifat umum yang ulamapun berselisih dalam memahami dalil-dalil tersebut maka dalam hal ini kita wajib berlapang dada dan tidak boleh mengingkari kepada seseorang yang mengambil salah satu dari dua pendapat ulama tersebut.

Misalnya perkara apakah nabi melihat Allah ketika masih hidup, hukum witir shubuh, memegang kemaluan batal wudhu apa tidak??
Maka perkara-perkara sperti itu tidak ada dalil jelas dan tegas atau dalil-dalil yang ada masih diperselisihkan dalam hal ini tidak boleh mengingkari saudara kita yang mengambil pendapat dari pendapat para ulama mujtahid tersebut,

Kemudian bukan berarti kita bermudah-mudahan mengambil pendapat yang ada disini syaikh ibnu taimiyah menjelaskan
" ... dan perkara-perkara ijtihadiyah semacam ini tidak boleh diingkari dengan kekerasan, dan tidak seorangpun memaksakan harus ikut pendapatnya akan tetapi dijelaskan secara ilmiyah barangsiapa yang telah jelas perkara tsb antara 2 hukum itu maka ikutlah salah satunya, dan barang siapa yang mengikuti ( taqlid) salah satu dari pendapat ulama dlm perkara tsb maka tidak boleh diingkari ( majmu' fatawa 30/80 )


Syaikh ibnu taimiyyah juga berkata : " Barangsiapa mengamalkan dari pendapat ulama dalam masalah ijtihadiyyah maka tidak boleh di ingkari dan tidak boleh di hajr ( dimusuhi ), dan barang siapa yang mengambil salah satu pendapat ulama tidak boleh di ingkari "
( majmu' 20/207 )

Khalifah umar bin abdil aziz berkata : " Sungguh sangat membahagiakan saya apabila sahabat nabi tidak berselisih pendapat,
Sesungguhnya apabila mereka para sahabat ketika bersepakat ( ijma' ) dalam suatu perkara kemudian ada seorang yang menyelisihinya maka ketahuilah orang tersebut orang yang sesat.

Adapun apabila para sahabat berbeda pendapat dalam suatu masalah dan ada seseorang mengambil pendapat ini dan seorang lagi mengambil pendapat yg lain dari pendapat para sahabat tersebut maka ini perkara yang sangat lapang" ( al-faqih wal mutafaqih 6/58 )

Imam sufyan at-tsauri berkara : " Apabila anda melihat orang lain mengamalkan amalan dimana itu perkara khilafiyah dan kamu mengambil pendapat yg berbeda dg orng tsb maka janganlah melarang orng tsb ( memaksakan mengikuti pndpatmu )
( al-faqih wal mutafaqqih 2/69)

( Tulisan ini saya nukil dari beberapa sumber)

Semoga bermanfaat

-mal19-

Fahti Fauzi Bamajbur
8 Desember pukul 12.55 · 

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.