Kata GPK Kokohiyyun, para Shohâbat itu tak pernah reuni Perang Badar, maka ummat saat ini juga tak layak untuk merayakan Reuni 212…
Baiklah…
Kita katakan: itulah blo-onnya GPK Kokohiyyun itu!
🔵 Pertama, GPK Kokohiyyun itu blo-on dalam perspektif mereka terhadap kehidupan para Shohâbat رضي الله عنهم. Memangnya para Shohâbat رضي الله عنهم itu ada waktu longgar apa untuk merayakan ini dan itu?
Tidak!
Kehidupan para Shohâbat itu diisi full dengan jihâd, jihâd, dan jihâd, karena para Shohâbat itu meresapi betul nasihat Baginda Nabî ini…
📌 Kata Baginda Nabî ﷺ:
إِنَّ سِيَاحَةَ أُمَّتِى الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى
(arti) _“Sungguh siyâhah (wisata / tamasya)nya ummatku adalah berjihâd fî sabîlillâh.”_ [HR Abû Dâwud no 2486].
Sementara, GPK Kokohiyyun itu apa sih jihâdnya?
☠ Hanya menyinyir!
Kalaulah para Shohâbat رضي الله عنهم itu model jihâdnya seperti kaum Tololiyyun, yaitu hanya mengaji-ngaji dengan peng‘amalannya berupa menyinyir, maka yakinlah sampai sekarang ini GPK Kokohiyyun itu masih saja menjadi penyembah pohon angker / batu besar.
🔵 Kedua, GPK Kokohiyyun itu blo-on dalam memandang dan memahami apa yang terjadi terhadap kaum Muslimîn di Nusantara saat ini.
Jelas-jelas agama kita dinistai tiap sebentar, ‘ulamâ’ kita diintimidasi, bahkan kehidupan keberagamaan kita diacak-acak… lantas apakah Ummat Islâm hanya berdiam diri saja terhadap itu, dan cukup mengaji-ngaji saja seperti kaum Tololiyyun itu?
By the way, siapa bilang Ummat Islâm yang turun dalam Aksi Bela Islâm / Aksi Bela Tauhîd itu tidak mengaji? Sorry dorry morry lah ya, orang-orang yang turun ABI / ABT itu juga pada rutin mengaji, dan justru mereka turun karena meng‘amalkan apa yang mereka pelajari di pengajiannya.
Kalaupun ada yang misalnya masih melakukan kemaksiyatan, maka perhatikan apa kata Baginda Nabî pada hadîts mulia berikut ini…
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:
إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ ، وَإِنَّ اللَّهَ لَيُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ
(arti) _“Sungguh-sungguh takkan masuk Syurga melainkan jiwa yang berserah diri (muslim), dan Allôh bisa jadi mengukuhkan agama ini melalui seseorang yang fâjir.”_ [HR al-Bukhôrî no 3062, 4204, 6606; Muslim no 111].
Maka coba suruh GPK Kokohiyyun itu terangkan, agama mana yang dimaksud oleh Baginda Nabî ﷺ pada hadîts mulia di atas?
Kemudian GPK Kokohiyyun itu menilai bahwa Reuni 212 hanya letterlijk dari kata "reuni"nya itu saja… dan itu luar biasa blo-on lah…!
Bagaimana tidak? Mana ada reunian lebih ramai dari acara aslinya? Heylooo…???
GPK Kokohiyyun itu tidak bisa melihat apa esensi yang ingin ditunjukkan oleh kaum Muslimîn pada Reuni 212 kemarin.
⇒ Yaitu kaum Muslimîn tidak ingin agamanya dinistakan, tidak ingin kehidupan keberagamaannya diacak-acak, dan tidak ingin ‘ulamâ’nya diintimidasi, yang mana salah satu usahanya adalah dengan memilih pemimpin yang telah berkomitmen dengan para ‘ulamâ’ melalui proses yang konstitusional.
Demikian kira-kira jawaban terhadap pernyataan GPK Kokohiyyun itu.
❤ Kita berdo'a:
اللّهُـمَّ إِنِّـي أَعـوذُ بِكَ أَنْ أَضِـلَّ أَوْ أُضَـل أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَل أَوْ أَظْلِـمَ أَوْ أَظْلَـم أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُـجْهَلَ عَلَـيّ
{allôhumma innî a-‘ûdzubika an adhilla aw udholla aw azilla aw uzalla aw azhlima aw uzhlama aw ajhala aw yujhal ‘alayya}
(arti) "Wahai Allôh, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan diriku atau disesatkan oleh orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan oleh orang lain, dari menzhôlimi diriku atau dizhôlimi oleh orang lain, dari berbuat bodoh atau dibodohi oleh orang lain."
Arsyad Syahrial
3 Desember pukul 17.24 ·
#Arsyad Syahrial
#Pendaku Salafi