Potret Guru dan Murid

Potret Guru dan Murid - Kajian Medina
POTRET 1

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullāh terlalu sering mendoakan gurunya Imam Syafi'i rahimahullāh. Padahal keduanya banyak tak sepakat dalam beberapa permasalahan. Murid macam apa aku, yang hanya karena berbeda pendapat dengan gurunya lantas guru tersebut dijauhi, ditinggalkan, dilupakan, ditahdzir, dighibahi, diputus hubungannya, dan seterusnya. Boro-boro didoakan dengan kebaikan. Makin jauh saja keberkahan ilmu dari diri ini. Makin tak tahu terima kasih saja diri ini jadinya.

#Allāhul Musta'ān.
#Potret masa kini.


POTRET 2

Ustadz atau guru zaman sekarang, harus punya keahlian lain selain ilmu agama yang dimilikinya. Apa itu? Yaitu keahlian mencari penghasilan. Bisa dengan berdagang, bisnis, kerja, nyangkul, kuli, dan lainnya. Sebab, bisa saja ia suatu saat akan kehilangan pekerjaannya dikarenakan ditahdzir atau ditendang oleh murid-muridnya atau oleh saudaranya karena dianggap tak sejalan lagi. Zaman ini adalah zaman di mana kedewasaan dan adab itu mahal harganya. Adab antara murid kepada guru pun sudah memudar seiring zaman yang kian dekat dengan kehancuran. Berjalanlah, bumi Allāh itu luas. Saudara se-iman itu masih banyak. In syā Allāh di muka bumi ini, yang lebih dewasa dalam bersikap dan lebih beradab pun masih banyak. Rezeki pun Allāh tebarkan di muka bumi. Tinggal kita mau mencarinya ataukah tidak.

#korban_tahdzir
#korban_suul_adab


POTRET 3

Seorang guru harus berani menyampaikan perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam isu yang sedang dibahasnya. Seorang guru tidak boleh takut dijauhi atau ditinggalkan jama'ahnya disebabkan menjelaskan hal itu. Rezeki itu punya Allāh bukan punya jamaah. Meskipun itu tidak sejalan dengan yang dipegang murid atau jama'ahnya. Seorang guru harus bisa menasihati murid atau jama'ahnya untuk menghormati para ulama baik yang masih hidup maupun yang telah wafat -rahimahumullāh-. Meskipun berbeda pendapat dengannya. Meskipun ia tidak mengambil pendapat ulama yang berbeda dengannya. Itu sebagai upaya menghormati ilmu dan ahlinya. Sebab jasa mereka dalam menyampaikan kebaikan itu tidak ada bandingannya dengan kita. Juga agar tidak muncul murid-murid yang brutal baik di dumay atau duta. Murid-murid suul adab yang tak bisa menghargai perbedaan pendapat dan tidak bisa menghormati para alim ulama baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Semoga Allāh memaafkan kesalahan kita dan mereka yang telah wafat. Terutama para ulama kita rahimahumullāh, baik salaf maupun khalaf.

Robi Maulana Saifullah
17 Oktober pukul 20.20 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.