Tentang Syahwat (Lagi)

Tentang Syahwat (Lagi)
TENTANG SYAHWAT (LAGI)

Saya koq ngga habis pikir, masih ada yang menjawab kalau suami-istri bisa melahirkan keturunan tanpa syahwat.

Para wanita, para perempuan, terutama para gadis. Ketahuilah, bahwa proses pertemuan sel sperma dan sel telur hanya bisa terjadi saat laki-laki berhasrat (memiliki syahwat). Jangankan yang tidak memiliki syahwat, laki-laki yang lemah syahwatnya saja tidak bisa melakukan pengiriman sel sperma dengan optimal.

Bisa jadi kurirnya lemah, atau memang sel spermanya tidak berkualitas. Dan tidak ada cara lain mengirimkan sel sperma kecuali dengan memancing syahwat laki-laki. Pun, bila dilakukan secara manual, bayi tabung misalnya. Dari mana sel sperma yang dimasukkan ke dalam tabung? Dari laki-laki yang bersyahwat, bukan dari laki-laki yang lemah syahwat, apalagi yang tidak memiliki syahawat.

Mungkin, sebagian di antara kita risih mendengar kata "syahwat". Namun, dalam urusan fiqih, setiap permasalahan mesti dikemukakan se gamblang-gamblangnya agar tidak ada miss persepsi, sebagaimana yang terjadi sekarang.

Pertemuan sel sperma dan sel telur, bahkan tidak mesti selalu menghasilkan keturunan, hanya laki-laki yang kuat syahwatnya yang bisa menghasilkan sel sperma berkualitas. Kalau kondisinya memang lemah, maka sekali lagi berat untuk menghasilkan keturunan. Apalagi yang tidak punya syahwat. Bagaimana mungkin sel sperma akan dikirimkan ke dalam sel telur bila kurirnya saja tidur terus? Sampai kapanpun sel seperma tidak bisa dikirimkan.

Memang berbeda bila kasusnya dibalik. Laki-laki yang bersyahwat dan perempuan yang tidak. Maka sangat mungkin tetap terjadi pertemuan dua sel ini.

Penting juga untuk kita pahami bahwa sebagian orang tercipta dengan syahwat yang tinggi. Kurirnya semangat setiap saat, paket kiriman sperma selalu menumpuk, sehingga apabila tidak dikirimkan pada tempat yang tepat, ia akan mencari tempat lainnya. Allaah memang sudah mengaturnya, melalui mimpi misalnya. Mimpi yang dapat membangkitkan syahwat sehingga sel sperma dapat dikeluarkan. Mengapa mesti dikeluarkan?

Karena bila dibiarkan mengendap justru akan membahaykan tubuh, meningkatkan tingkat emosi, mengganggu psikologis, dan menurunkan semangat. Al-Imam Ibnul Jauzi memiliki beberapa tulisan tentang ini dalam Shaidul Khathir.

Adapun bila terlalu sering dikeluarkan, padahal ia sendiri tidak dalam kondisi selalu siap, justru akan menurunkan kualitas sel sperma. Ini pun tidak kalah membahayakannya dengan mereka yang mengendapkan sel spermanya terlalu lama. Maka di sinilah pentingnya laki-laki mengenal kualitas dan kapasitas dirinya sendiri.

Persoalannya, bagaimana bila ternyata syahwat yang terdapat pada laki-laki lebih kuat dari itu?

Sudah beristri, sudah memiliki saluran yang halal, namun tetap sel sperma terasa begitu banyak mengendap, bahkan melalui mimpi, misalnya, juga belum cukup meredamnya.

Apakah ada laki-laki seperti itu? Banyak sekali.

Bila kondisinya demikian ya jelas harus mencari penerima paket sel sperma yang lain, agar tubuh bisa tetap terjaga, baik dari sisi biologis, emosional, atau psikologis.

Lalu, bagaimana bila tidak mampu? Maka berpuasa dan bersabarlah.

Sama sebagaimana para bujangan yang dari sisi biologis sudah sempurna, namun masih ada sisi lain yang belum mencukupi, maka banyak berpuasa dan bersabar.

Sepertinya logika ini sangat mudah dipahami, bagi makhluk Mars, tapi entah kenapa suliiiiiit sekali masuk ke alam pikirian makhluk Venus.

Laili Al-Fadhli
15 September pukul 20.03 ·

Sumber : https://www.facebook.com/alfadhli87/posts/1654643977997436?__tn__=K-R

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.