Kalau ditanyakan siapa manusia yang paling rupawan (ganteng), maka tentu kebanyakan mengatakan bahwa adalah Nabî Yûsuf عليه السلام manusia yang paling tampan.
Tidak salah… karena kebanyakan kita tahunya adalah kisah bagaimana kegantengan Nabî Yûsuf mampu membuat emak-emak elite pada Zaman Old terpesona sampai-sampai para emak itu tak sadar bahwa mereka sudah mengiris tangannya sendiri.
📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan kejadian itu:
فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ
(arti) _“Tatkala para perempuan itu melihatnya (Yûsuf), maka mereka pun terkagum-kagum dengan ketampanan wajahnya, dan mereka melukai tangannya sendiri dan berkata: "Maha Sempurna Allôh, ini bukanlah manusia! Sungguh ini tidak lain hanyalah Malak yang mulia."”_ [QS Yûsuf (12) ayat 31].
Jadi tak heran kalau emak-emak Zaman Now ketika melihat Bang Sandi sampai-sampai nggak sadar sudah numpang nyender tangan atau malah meluk-meluk… – namun besok-besok diinget-inget ye, Mak… Bang Sandi itu bukan mahrom nye si emak, jadi jangan asal main peluk aje ye?
Akan tetapi ternyata Nabî Yûsuf itu bukanlah yang terganteng.
Lalu siapa yang paling ganteng?
Menurut pendapat para ‘ulamâ’ (yang menurut saya paling kuat), yang paling ganteng itu adalah Nabî Âdam عليه السلام.
❓ Dasarnya?
Perhatikan…
Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم menceritakan peristiwa al-Isrô’ wal-Mi‘rôj yang dialaminya, di mana ketika Beliau berada di Langit ke-3, Baginda Nabî bertemu dengan Nabî Yûsuf عليه السلام.
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:
فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ صلى الله عليه وسلم إِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ
(arti) _“Di sana saya bertemu dengan Yûsuf ﷺ, ternyata Beliau diberi separuh dari ketampanan.”_ [HR Muslim no 162; Ahmad no 12047].
❓ Pertanyaannya jika memperhatikan hadîts mulia tersebut dengan seksama, maka Nabî Yûsuf itu diberi separuh ketampanan. Ketampanan siapa?
⇛ Para ‘ulamâ’ mengatakan bahwa Nabî Yûsuf عليه السلام itu diberikan separuh ketampanan dari, Bapaknya Manusia, yaitu: Nabî Âdam عليه السلام…!
Dasarnya?
Ketika الله Subhânahu wa Ta‘âlâ murka kepada Iblîs karena Iblîs tidak mau bersujud kepada Âdam, maka sangat jelas الله Subhânahu wa Ta‘âlâ menyatakan bahwa Âdam itu sangat spesial karena ia الله ciptakan dengan kedua tangan-Nya yang Maha Agung.
📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:
يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْعَالِينَ
(arti) _“Wahai Iblîs! Apakah yang menghalangi kamu untuk bersujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”_ [QS Shôd (38) ayat 75].
⚠ Makna dari kalimat “لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ” tidak bisa tidak diartikan selain dari "seseorang yang telah Aku (الله) ciptakan dengan kedua tangan-Ku".
⇛ Dari ayat suci ini dapat diambil hikmah bahwa Nabî Âdam عليه السلام itu diciptakan langsung oleh الله Subhânahu wa Ta‘âlâ dengan kedua tangan-Nya yang Maha Agung.
❗ Ingat, wajib terima saja bahwa tangan الله Subhânahu wa Ta‘âlâ itu ada dua dan itu adalah sesuai dengan keMahaAgungan الله – jadi jangan pernah membayangkan seperti apa!
Di dalam sebuah hadîts…
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:
خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ
(arti) _“Allôh menciptakan Âdam menurut wajah-Nya.”_ [HR al-Bukhôrî no 6227; Muslim no 2841].
❗ Sekali lagi harus diingat bahwa tidak boleh membahas makna kalimat "seperti wajah-Nya", karena الله Subhânahu wa Ta‘âlâ itu Maha Agung, Maha Suci, dan Maha Indah, di mana tiada satu makhluq pun yang menyerupai-Nya, sehingga yang jelas kesimpulan hadîts ini menunjukkan betapa wajah Nabî Âdam عليه السلام adalah wajah yang sangat indah.
Secara logika pun Nabî Âdam عليه السلام adalah bapak dari semua manusia, sehingga semua ketampanan yang dimiliki keturunannya tentunya adalah berasal dari gen Nabî Âdam.
Begitu juga bisa dikatakan bahwa yang paling ber‘ilmu itu adalah Nabî Âdam.
❓ Dasarnya?
Karena الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengajarkan langsung ‘ilmu kepada Nabî Âdam sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Qur-ân.
📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan:
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا
(arti) _“Dan Dia mengajarkan kepada Âdam nama-nama keseluruhan benda.”_ [QS al-Baqoroh (2) ayat 31].
⇛ Nabî Âdam عليه السلام itu diajarkan langsung oleh الله Subhânahu wa Ta‘âlâ.
Makanya ketika الله Subhânahu wa Ta‘âlâ menantang para Malâ-ikat untuk menyebutkan nama benda-benda, mereka tak mampu dan kalah dengan Nabî Âdam.
Tentu saja jika kita pikir dengan keterbatasan akal pikiran kita ini, tentunya apa yang diajarkan langsung oleh Robbul-‘Âlamîn yang Maha Mengetahui segala sesuatunya, adalah pasti amat sangat luar biasa hebat, sehingga sampai-sampai para Malâ-ikat pun kalah.
Demikian, semoga bermanfaat – والله أعلمُ بالـصـواب .
نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ
Arsyad Syahrial
12 September pukul 13.33 ·
#Arsyad Syahrial