UTUSAN IBLIS "BERKEDOK SUNNAH" YANG MEMBINASAKAN
Kisah ini ana tulis bukan untuk memojokkan atau menceritakan kejelekan seseorang, tapi ana tulis," agar pembaca mendapat ibrah, terutama para Da'i yg mengaku mencintai manhaj salaf untuk memperbaiki adab dan akhlak dalam berdakwah, dan merasa senang ketika seseorang mendapat hidayah walaupun bukan melalui perantara kita, sebagaimana kisah dibawah ini.
Ana awali kisah ini di bulan juli tahun 2016 lalu, berawal dari terapi ruqyah seorang bapak yg telah berputus asa dengan penyakitnya.
Waktu itu malam rabu ba'da isya, di sebuah masjid di kota kami, ana janjian dengan seorang pasien ruqyah laki laki, alhamdulillah tepat sesudah solat isya, beliau datang bertemu ana untuk minta diruqyah, dan beliau menceritakan penyakitnya yg membuatnya hampir putus asa, singkat cerita dalam kegiatan ruqyah, pasien ini gangguan dan banyak mengeluarkan muntahan, namun karena waktu, ana menyuruh pasien untuk ketemu pekan depan di waktu yg sama.
Singkat kisah, malam rabu berikutnya pasien ini datang kembali dengan perasaan, yg menurut beliau agak baikan. Dan terapi ruqyahpun berlanjut, namun beliau masih banyak muntahan. Merasa curiga dengan beliau yg sering gangguan saat diruqyah, anapun menanyakan, bapak punya jimat, beliau spontan menjawab ada dipinggangku, orang bugis mengistilahkan bangkeng - bankeng, akhirnya ana menghentikan ruqyah, dan beralih menasehati beliau tentang bahaya kesyirikan, mulanya beliau berpikir untuk membuka jimatnya, namun ana tetap berusaha menasehati beliau, dan akhirnya beliaupun membuka jimat tersebut, singkat kisah setelah ruqyah dan pelepasan jimat, ana ajak beliau untuk ikut belajar ngaji, tarbiyah dan taklim.
Waktupun berganti, dan ana bersyukur kepada Allah, ternyata bapak ini rajin ikut kajian, tarbiyah, belajar mengaji dan beliaupun mulai memahami sunnah, Namun beberapa bulan berlalu, suatu hari ana menginfokan beliau tentang kegiatan Tabligh Akbar, dan yg membuat ana terpukul sebagian teks smsnya bertuliskan kata kata yg tidak baik , jadi ana lansung menelpon beliau tentang maksud smsnya, namun beliau meminta maaf, bahwa yg nulis sms adalah ustadz ****** yang kebetulan ada didekat beliau waktu sms ana masuk,yg intinya mencela kajian tersebut.
Setelah kejadian tersebut bapak ini kadang menelpon ana untuk meminta maaf atas sms yg tertulis,dan anapun bersyukur beliau tetap rajin ikut kajian, tarbiyah dan menjalankan sunnah, namun waktupun berlalu, ringkas kisah masuklah tahun 2017, ana udah jarang melihat beliau ikut kajian dan tarbiyah, hingga suatu saat ana melihat beliau disuatu tempat dalam keadaan biasa biasa saja,seolah masyarakat awam yg tidak pernah belajar agama dan beliau memalingkan pandanganya ketika ana menatap wajahnya, anapun memberanikan diri bertemu beliau, ternyata alasan beliau berhenti kajian dan tarbiyah karena pengaruh seorang ustadz ****** (merasa diri paling benar) yg selalu memberi beliau syubhat yang akhirnya bapak ini bingung sehingga beliaupun futur, dan ana sangat sedih mendengar penuturan beliau.
Dan singkat cerita beberapa bulan yg lalu di tahun ini ana mendengarkan kabar bahwa beliau telah meninggal karna bunuh diri.
Sungguh hati ini sedih dalam menulis kisah ini, ketahuilah perjalanan hidup bapak ini, mulai dari Kesyirikan, putus asa dalam melawan penyakitnya, kemudian beliau mengenal sunnah, ikut kajian dan tarbiyah, kemudian semuanya dirusak oleh seorang yg mengaku Ustadz namun pada hakikatnya bagi ana,antum adalah utusan iblis, lihatlah dari hasil bisikanmu akhirnya ujungnya adalah bunuh diri. Selamat kepada antum, karena waktumu untuk sibapak sudah tidak ada lagi, karena beliau telah tiada.
Semoga Allah mengampuni kita semuanya, dan memperbaiki hati hati kita, ikhlas dalam berdakwah.
Afwan
Rahmat Abu Uwais
Pinrang 25 Juli 2018
Cat. Tidak usah bertanya siapa nama pasien dan utusan iblis tersebut.
Perdana Akhmad Qhi
25 Agustus pukul 11.36 ·
Sumber : https://www.facebook.com/perdana.psi/posts/141925033406200?__tn__=K-R
#Perdana Ahmad Lakoni
#Sunnah