.
Namanya kebodohan ya jangan TERLALU. Kalau sampai melebihi limit, bertumpuk, berulang, dan mentradisi....itu sih bukan kebodohan lagi. Itu pastinya jenis lain.
.
Mari kita simak kasusnya...
.
SETIAP jelang pemilu, pilkada, pilpres, mereka pada bermunculan. Menyerang orang orang Muslim yang akan gunakan hak politiknya. Orang mau pakai haknya, dinistakan, disesatkan, bahkan dikafirkan. Aneehhh...
.
1. Kalau mereka GAK MILIH, gak apa apa. Itu hak kamu. Tapi jangan menyesatkan, menista, mengkafirkan orang lain yang mau gunakan haknya. Itu kezholiman namanya.
.
2. Sudah dijelaskan panjang lebar, POLITIK ITU CUMA MASALAH ALAT SAJA. Ini soal cara, teknik, metode, operasional. Ini bukan masalah AKIDAH/Ideologi. Orang ikut pemilu tetap sholat, baca Al Qur'an, sedekah, puasa, dst. Ikut pemilu tidak membuat mereka lupa agamanya, alhamdulilah.
.
3. Kita ikut pemilu bukan karena CINTA DEMOKRASI, tetapi karena itulah sistem yang ada. Sistem nya yang ada itu, jadi mau gimana lagi? Kalau sistem ganti, pasti AKAN GANTI JUGA CARA KITA BERPOLITIK. Karena inti politik Islam bukan LENGKET DENGAN SISTEM YANG ADA, tapi: menjaga kehidupan Ummat di bawah sistem politik apapun yang berlaku.
.
4. Hukum kita berpolitik di sistem demokrasi adalah hukum DHORUROT (keterpaksaan). Maunya tidak begini, tapi adanya ya ini. Seperti kaidah, ad dharuratu tubihu al mahdzuraat.
.
5. Mereka terus saja menyerang, katanya demokrasi sistem kafir dst. Kemudian kami katakan, "Hei coba kamu ganti sistem kafir ini. Kamu ubah jadi sistem Islam. Kalau kamu mampu, kami akan tinggalkan sistem orang kafir ini." Malah kalau mampu minggu depan sudah mereka ubah semua ini. Tapi kan kita tahu...mereka itu cuma OMDO aja.
.
6. Kalau kita menolak sistem yang ada, lalu ganti sistem Islam, lewat cara apa? Jalan PERANG kan. Apa bisa sistem ganti dengan cara "serah terima dan pesta tepuk tangan". Nah, orang orang keblinger itu sudah diingatkan bahwa cara pemilu/demokrasi adalah untuk hindari peperangan. Mereka tetap ngeyel, karena akalnya tidak sanggup mencerna. Giliran ditantangi, kalau kamu berani PERANG silakan saja. Kabari kami kalau mau perang, kami pingin menyaksikan kehandalanmu berperang.
.
7. Jika tak mampu perang, tak mampu ganti sistem, cara lain adalah HIJRAH cari negara lain yang telah Islami, lalu hidup di dalamnya. Lagi lagi ditantangin Hijrah, juga gak berani. Masih saja ngubek di sini dan terus menebar fitnah kebodohannya.
.
8. Orang begitu ngaku ANTI SISTEM tapi hidupnya masih bergantung, lengket dengan sistem yang ada; ngurus KTP, KK, SIM, STNK, izin usaha, ijazah, sertifikat, akte, dst. Kadang masih PNS. Kerja cari proyek pemerintah. Dan seterusnya. Ya kalau gentle, hidup di hutan sana seperti kelompok Santoso di Poso itu. Jangan "sok akrab" dengan sistem birokrasi, tapi di luar itu antipati secara mutlak. Itu orang muna...
.
9. Juga tak kalah anehnya, setiap ada pemilu mereka kafir-kafirkan sistem dan orangnya; giliran sudah diperoleh hasil pemimpin, langsung DIANGKAT PENUH SEPERTI KHALIFAH. Orang aneh, error berat. Bagaimana kalau pemimpin itu dihasilkan lewat: semedi di Laut Selatan, meminta bantuan jin laut, dengan ritual sesajen dan aneka kemusyrikan; apa akan mereka angkat juga sebagai Amirul Mukminin? Ini orang aneh. Kajian akidah mereka tidak membimbing ke sikap yang lurus.
.
10. Sudah begitu, orang orang ini RAJIN membuat onar di tengah kehidupan Ummat. Sudah cemen, penakut, tidak berani ambil risiko, suka merendahkan orang lain, banyak ambil untung dari birokrasi, eee...ternyata pembuat onar juga. Andai mereka BERSIKAP UNTUK DIRINYA SENDIRI, silakan lah. Tapi kan ini menebar fitnah, menolong melancarkan missi politik orang kafir.
.
Ya itulah...jauh melebihi kadar KEBODOHAN biasa. Karena suka mengkafirkan Ummat, akhirnya diberi penyakit KEBODOHAN AKUT seperti itu. Nas'alullah al 'afiyah.
.
SEMOGA yang sedikit ini bermanfaat. Amiin ya Rabb ya 'Aliim ya Khobiir.
Sam Waskito
26 Juni pukul 07.56 ·
#Sam Waskito