Jadi Ahli Agama Dengan Modal Minimalis
Kalau mau hebat dalam suatu ilmu agama, cukup pelajari satu kitab dirosi (kitab kurikulum standar), tak perlu yang tinggi tapi dipahami betul luar dalam. Sampai paham betul hingga tak ada lagi yang tersisa. Kalau bisa melakukan itu, maka sekitar 75% ilmunya sudah dapat. Ntar sisanya akan ikut sendiri di tengah jalan.
Misalnya mau belajar nahwu-sharaf, cukup pahami betul jurmiyah dan amtsilatut tasrif. Mau belajar fikih, pahami betul fathul qarib. Mau belajar akidah, pahami betul nurudh dhalam. Mau belajar manthiq, cukup pahami betul idhohul mubham. Mau belajar ilmu hadis, cukup pahami betul nazham baiquni. Mau belajar tasawuf, cukup pahami betul bidayatul hidayah. Mau belajar balaghah, cukup pahami jauharul maknun. Mau belajar ushul, cukup paham betul syarah waraqat. Sudah lumayan komplit daftar ini untuk kebutuhan "ahli agama".
Itu kalau betul-betul paham maksudnya dan tahu ke mana arah pembahasan di tiap barisnya, maka sudah hebat dan sisa 25%nya akan ikut sendiri atau ketemu di jalan seiring pergaulan. Sudah bisa lah jadi ustad di mushola kampung atau perkotaan yang cukup pilih tanding bila diajak diskusi soal agama. Apalagi cuma jadi ustad medsos atau ustad artis, jauh lebih gampang.
Kalau daftar di atas ditambah paham tafsir jalalain dan bulughul maram, maka sudah bisa disebut kyai oleh orang-orang. Jujur ya, banyak yang disebut kyai bahkan tak sampai ke level ini. maklum kan gak pernah ada fit and proper test untuk gelar ini. Tapi jangan gampang nyinyir berdasar info ini.
Yang gak bisa dan gak boleh dilakukan hanya berfatwa sebab itu perlu kualifikasi di level berbeda. Gak cukup kalau berfatwa cuma dengan modal contoh kitab di atas. Hanya saja seringkali godaan berfatwa itu sangat besar hingga mereka yang baru tahu satu dua hal pun sudah ingin berfatwa.
Jadi sebenarnya untuk jadi ahli agama dalam standar umum masyarakat kita cukup mudah dan hanya perlu modal minimalis. Seluruh kitab di atas (selain tafsir jalalain dan bulughul maram) bila ditotal harga seluruhnya cuma setara bakso beberapa bungkus. Tapi yang sering terjadi adalah habis baca kitab itu semua ternyata biasa saja. Kayaknya masih belum bisa apa-apa, masih awam. Itu artinya belum paham betul, hanya tahu terjemahnya saja.
Tapi kalau sekedar ingin disangka ahli oleh masyarakat kita, maka caranya jauh lebih gampang. Cukup beli jubah, surban dan tasbih lalu pakai terus dan beli paket kuota buat tanya Google kalau ada apa-apa. Beres dah bisa nipu ke mana-mana.
Abdul Wahab Ahmad
5 Desember 2020 pada 23.42 ·