Bukan Dakwah Tapi Taklim

Bukan Dakwah Tapi Taklim - Kajian Medina
Bukan Dakwah Tapi Taklim
(Dakwah vs Taklim)
Ahmad Sarwat, Lc.MA

Era mengajak orang biar cinta dan punya semangat keislaman nampaknya sudah sukses dan berhasil. Buktinya, Islam sudah jadi trademark, trendsetter dan punya nama besar. Apa-apa yang berbau Islam kini dicari orang. Bikin parameternya mudah dan sederhana. 

Jualan itu kalau mau laris itu tinggal dikasih embel-embel keislaman, terbukti dimana-mana akan sukses besar. 

Percetakan kalau mau sukses, ternyata gampang kok. Cetak saja mushaf dan buku keislaman, dijamin laris manis. Pameran buku Islam tidak pernah sepi pengunjung.

Konveksi dan garmen kalau mau sukses itu  gampang. Bikin saja busana muslim/ah, dijamin laris manis. Hijab fest dan hijrah fest bukti mudahnya.

Katering kalau mau meraup untung besar itu sederhana, pasang logo halal MUI dan sediakan paket aqiqah, insyaallah banyak mendulang laba. Soale muslim hare gene kalau tidak menemukan logo halal pada ogaj makan.

Travel agen kalau mau sukses mudah sekali, bikin paket umrah, plus wisata ke berbagai objek negeri Islam, dijamin banyak untung. Orang kaya zaman now seleranya wisata ruhani. Keluar negeri cari segala yang islami.

Artis kalau mau laris manis itu mudah sekali, tinggal berpenampilan yang rada berbau-bau agama, pakai jilbab, berjenggot, celana cingkrang, sering umroh, ngisi-ngisi even keislaman, nongol di acara rohani Islam di TV. Insyaallah order masuk terus dan showbiz lancar. Trend sekarang itu artis hijrah. 

Jadi kesimpulannya bahwa dakwah dalam arti menggiring orang biar cinta dan mendekat ke Islam boleh dibilang sudah sukses besar, baik secara religi ataupun secara hitung-hitungan ekonomi.

Maka next step untuk dakwah adalah bagaimana memperdalam ILMU-ILMU KEISLAMAN. Ibarat zaman Sunan Kaljaga, setelah secara masif orang Jawa sudah syahadatain (sekaten), masalah berikutnya bagaimana mengajarkan dan memperdalam agama.
Kalau tidak, kita akan melihat Islam dijalankan secara sepotong-sepotong. Dulu orang Jawa itu sudah muslim tapi nyembah demit, sudah Islam tapi aqidahnya penuh TBC takhayyul, bid'ah dan churofat. 

Hari gini juga mirip kasusnya, generasinya semangat berislam, tapi rajin pamer kejahilan. Merasa diri paling Islami, semua orang salah, semua bid'ah, semua haram, semua sesat.

Generasi kayak gini lahir gara-gara  ketidak-seimbangan antara pompaan semangat beragama dengan asupan gizi ilmu keislaman yang lengkap.

Belajar baca Quran dengan tartil, bahkan ngotot ingin hafal 30 juz, sudah merasa jadi ahli Quran. Kemana-mana pakai laqon al-hafizh, tapi sayang sekali tidak paham satu pun ayat yang dibaca. Pemahaman Ilmu Al-Quran dan Tafsir nya nol besar.

Belajar aqidah, tapi dalam perspektif yang sempit hingga semua aqidah yang lain disalahkan dan disesatkan. Yang benar hanya aqidah versi kelompoknya.

Belajar hadits sampai semua orang dikritik haditsnya sebagai dhaif bahkan palsu. Sayangnya tapi tidak mengerti ushul fiqih dan  kurang mengerti ilmu Ikhtilaful Hadits. Merasa sebagai ahli hadits paling tinggi padahal tidak punya sanad dsn riwayat.

Belajar fiqih, tapi hasil comot-comot sana sini seenak selera. Tidak ada rujukan dari kalangan fuqaha dan mazahib fiqhiyah yang muktamad. Lucunya, yang dibela hanya satu pendapat saja sambil menyalahkan semua mazhab fiqih lainnya.

Dan yang paling parah adalah tidak punya kunci atas semua disiplin ilmu. Padahal semua literatur ilmu keislaman itu berbahasa Arab. Sayangnya, bahasa Arab tidak pernah dikuasai.

Padahal sudah terlanjur mengaku sebagai ustadz kondang sejagat. Orang mengira dia ahli ilmu agama. Pasti ilmunya segudang. Padahal baca kitab berhuruf gundul nggak bisa babar blas. 

Kalah sama ontanya Abu Jahal. Biar pun dirinya cuma seekor onta, milik orang kafir pula, tapi dia amat sangat paham bahasa Arab. Bagaimana tidak, lha wong disuruh-suruh pakai bahasa Arab, dia paham dan nurut tuh.

Diperintah oleh majikan, hhrrr . . .ckcck. . . yamin ... hhrr yamin, dia belok kanan. Kalau ke kiri tinggal sebut hrr ... ckck ... yasar hhrrr ... yasar . . . dia belok kiri. Jelas banget dia paham bahasa Arab, padahal dia cuma onta doang. 

Kalau lurus? 

Ihdinashshirotoq mustaqim. 

Ahmad Sarwat
9 Juni 2019  · Dibagikan kepada Publik

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.