Tafsir vs Permak Levis

Tafsir vs Permak Levis - Kajian Medina
Tafsir vs Permak Levi's

By. Ahmad Sarwat, Lc.MA

Ustadz, kalau lihat ada orang main tafsir-tafsirkan sendiri suatu ayat seenaknya, bagaimana cara mengoreksinya? Apakah kita tanya mana hadisnya?

Tiba-tiba salah seorang jamaah bertanya kayak gitu, seusai saya sampaikan materi tafsir Al-Quran.

Saya bilang jangan tanya mana haditsnya. Nanti ditertawakan orang. Sebab kita lagi bicara tafsir, kok malah ngomongin hadits.

Terus bagaimana cara kita mengecek keshahihan penafsiran orang itu?

Sederhana saja sih masalahnya. Menafsirkan ayat itu bukan hak preogratif kita, tapi previlagenya para mufassir.

Kira-kira perbandingannya dalam ilmu sanad hadits itu kayak kemampuan dalam mengkritik sanadnya, sudah ada pakar-pakarnya, yaitu para muhaddits. Cuma dalam bidang ilmu tafsir, pakar dan ahlinya itu disebut mufassir.

Maka cukup kita tanyakan saja kepada orang yang lagi menafsirkan suatu masalah dalam ayat Al-Quran, tafsiran kayak gitu nemu di kitab tafsir apa dan siapa nama mufassirnya.

Kalau dia nggak bisa jawab, nah itu pertanda dia cuma ngarang-ngarang aja. Tapi kalau dia bisa jawab dengan jelas, itu penafsiran siapa di kitab apa, nanti kita lihat apakah tafsiran macam itu masuk corak tafsir bil-ma'tsur atau tafsir bir-ra'yi.

Kalau misalnya masuk ke dalam tafsir bil ma'tsur, kita cek lagi apakah sanadnya tersambung dan shahih ataukah lemah.

Kalau itu tafsir bir-ra'yi, kita cek lagi apakah termasuk bir-ra'yil mahmud atau madzmum.

Jadi tiap cabang ilmu ada ulamanya, ada rujukannya, ada literaturnya dan ada penjaga gawangnya. Tidak bisa seseorang seenaknya main tafsir-tafsirkan sendiri suatu ayat.

Kalau dia pernah belajar ilmu tafsir dengan benar, niscaya setiap penjelasan suatu ayat juga diiringi dengan literatur sumbernya. Mulutnya tidak ada asal bunyi.

Kalau ngasal aja tanpa rujukan tanpa literasi, itu namanya tafsir bir-ra'yil madzmum. Main paksa ayat, main perkosa, dipermak sedemikian rupa macam celana LEVI'S.

Ahmad Sarwat
27 Februari pukul 04.07 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.