Al-Quran Yang Tak Ada Matinya

Al-Quran Yang Tak Ada Matinya - Kajian Medina
Al-Quran Yang Tak Ada Matinya

Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang sudah selesai. Ia tak mengalami revisi sama sekali berupa penambahan atau pengurangan sejak pertama kali dibukukan. Seharusnya, sebuah kitab yang telah selesai ditulis tak mengalami perkembangan apapun dari segi apa pun dan pembahasannya juga harusnya usai ketika sudah berlangsung lama. namun ternyata hal ini tak berlaku bagi al-Qur’an.

Sejak abad pertama hijrah, al-Qur’an ditafsiri dan dibahas oleh para cendekia kaum muslimin dan ajaibnya ini terus terjadi hingga lima belas abad sekarang ini. Entah sudah berapa ribu tafsir yang muncul di dunia yang mengupas makna al-Qur’an. Tafsir-tafsir itu pun seolah tak pernah kekurangan bahasan ketika membedah kandungannya. Ada tafsir yang menitik beratkan pada kajian struktur kebahasaan al-Qur’an dan keelokan maknanya, sebagian lagi membahas hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, sebagian lagi cenderung pada aspek sejarahnya, ada juga yang menelisik aspek akhlaknya dan banyak lainnya hingga mencakup aspek temuan ilmiah modern yang ternyata disinggung secara samar di balik ayat-ayat al-Qur’an.

Metodenya juga beragam; ada yang mengurutkan bahasan sesuai urutan mushaf, sesuai waktu turunnya surat dan sesuai tema yang ada. Sumber rujukannya juga berbeda-beda; ada yang yang merujuk pada ayat lain dan hadis untuk menafsirkan suatu bahasan, ada yang menjelaskan dengan uraian rasional, dan ada juga yang memakai rujukan dari teks yang dibawa ahlul kitab (Yahudi/Nasrani).

Oleh sebab itulah, maka kajian tentang tafsir al-Qur’an adalah kajian yang menarik untuk diikuti. Kajian semacam ini diawali oleh Syaikh Adz-Dzahabi dalam kitabnya yang berjudul "at-Tafsir Wal Mufassirun" yang memetakan dan membahas secara singkat kitab-kitab tafsir terkemuka di dunia, mulai identitas pengarangnya hingga metode penafsirannya berikut serta pendapat para ulama tentang tafsir yang ia buat. Kitab ini merupakan salah satu masterpiece dalam dunia kajian tafsir al-Qur’an.

Namun demikian, hanya sebagian kecil kitab tafsir yang dibahas oleh Syaikh Adz-Dzahabi. Banyak sekali tafsir yang belum diperkenalkan kepada pembaca, utamanya tafsir non-Arab. Nah, celah inilah yang akhirnya diisi oleh seorang ulama muda Indonesia yang sekaligus merupakan Syuriah PBNU, yakni KH. M Afifudin Dimyathi yang populer disapa sebagai Gus Awis) dari Jombang. Dengan merendah, kyai muda ini menyatakan bahwa karyanya bukan sebagai pelengkap karya Adz-Dzahabi dan juga bukan karya yang lengkap, tapi diakui atau tidak karya ini betul menambah banyak data tafsir baru yang belum dibahas sebelumnya.

Secara ringkas dalam dua jilid karyanya yang berjudul "Jam'ul Abir Fi Kutubit Tafsir", Gus Awis membahas banyak sekali tafsir yang diurutkan sejak abad pertama hingga abad kelima belas. Sekitar 443 tafsir dengan berbagai bahasa dikupas secara singkat identitas penulisnya, identitas tafsir dan metode penyajiannya. Penyajiannya sangat ringkas sehingga para pembaca yang penasaran terhadap kajian mendalam suatu kitab tafsir mungkin akan dibiarkan terus penasaran, tapi justru itulah kekuatannya. Ia berhasil mengidentifikasi banyak sekali tafsir dari berbagai negara (termasuk Indonesia) yang kebanyakan asing di telinga banyak orang dan membuat pembacanya penasaran untuk menelisik lebih jauh lagi.

Indonesia perlu berbangga atas hadirnya kitab ini dari rahim ulama muda Indonesia. Karyanya ini secara tak langsung juga memperkenalkan para Mufassir Indonesia ke kancah dunia. Semoga beliau panjang umur dan terus berkarya memberikan pencerahan bagi para muslim di penjuru dunia. Silakan kontak beliau bila anda penasaran dengan ulama muda ini dan ingin mengoleksi karya-karyanya.

Semoga bermanfaat.

Abdul Wahab Ahmad
9 Januari pukul 10.31 ·

kajian

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.