Kalau pertanyaan ini ditanya ke mayoritas ulama (Asy'ariyah-Maturidiyah), maka jawabannya sudah jelas sangat mencela dan menyesatkan mereka. Bahkan sebagian tak ragu mengafirkan, meski ini berlebihan. Saya sering menulis ini, tak perlu saya ulangi.
Tapi bagaimana kalau pertanyaan ini ditanyakan pada Syaikh Ibnu Taymiyah? Jawabannya dua versi seperti ini:
Jawaban versi pertama:
بيان تلبيس الجهمية في تأسيس بدعهم الكلامية (1/ 372)
ولم يذم أحد من السلف أحدًا بأنه مجسم، ولا ذم المجسمة
"Tak satu pun salaf yang mencela seorang pun sebagai mujassim dan tak mencela mujassimah"
Jawaban versi kedua:
مجموع الفتاوى (6/ 356)
بَلْ أَكْثَرُ أَهْلِ السُّنَّةِ مِنْ أَصْحَابِنَا وَغَيْرِهِمْ يُكَفِّرُونَ الْمُشَبِّهَةَ وَالْمُجَسِّمَةَ
"Bahkan mayoritas Ahlussunnah, dari kawan-kawan kami dan selain mereka, mengafirkan musyabbihan dan mujassimah"
Loh kok? ya begitulah. Ada banyak contoh lain dari beliau yang seperti ini seakan-akan Ibnu Taymiyah adalah nama dari dua orang yang berbeda.
Abdul Wahab Ahmad
9 Oktober pukul 06.11 ·
dari kolom komentar
Abdul Wahab Ahmad :
bagi yang meyakini beliau bertobat, maka beres masalah. Tapi mayoritas pendukungnya tak menerima ini dan inilah masalahnya.
Ada pendapat yang unik soal kompromi ini, yaitu seorang penulis mengatakan bahwa sebagian isi kitab beliau ditulis oleh jin.
ini secuil SS nya. Ada satu bab bahas ini. Kitab: Ibnu Taymiyah al-Muftara alaihi karya Abil Khair Syamsuddin Khairi
فاريان غني هيرما
1. Menukil tanpa komen menyalahkan itu artinya mengakuinya dan menjadikannya sebagai hujjah pendukung bagi apa yang dia sampaikan. Ini aturan sederhana dalam bahasa apa pun. Tak perlu paham bahasa arab untuk paham ini.
2. Nukilan pertama memang menyebut salaf. Tapi nukilan kedua itu umum sebab yang disebut bukan khalaf tapi Ahlussunnah wal Jama'ah. Apakah anda mau mengeluarkan salaf dari Ahlussunnah wal Jama'ah? Atau mau mengeluarkan khalaf seperti kawan-kawan Ibnu Taymiyah dari barisan Ahlussunnah wal Jama'ah.
Doaku Selalu Bersamamu :
Dalam kitab Al-Ibanah karangan Imam Abul Hasan Al-Asy'ari (versi maktabah syamilah) di bab lima dan enam seperti terlampir di screen shot, saya mencoba membaca kedua bab tsb dari awal sampai akhir, kok pemaran Al-Asy'ari bahkan juga hujjah-hujjahnya hampir sama dengan yang selalu dibawakan oleh kaum Salafi-Wahhabi,
apakah itu sudah ditahrif oleh kaum tersebut, apakah memang aslinya seperti itu pemaran al-Asy'ari, jika memang seperti itu lalu bagaimana kalangan awam seperti kami utk memahaminya, seperti Istiwa'nya Gusti Allah, Yad juga 'Ain-Nya Gusti Allah?
Ini penting utk diberikan pemahaman kepada kalangan awam macam kami.
Kurang lebihnya mohon maaf dan atas pencerahannya terima kasih poro guru 🙏🙏🙏🙏🙏
Abdul Wahab Ahmad :
Doaku Selalu Bersamamu ada kesamaan sebab Asy'ariyah memang berdasarkan pada al-Qur’an dan hadis juga. Bedanya, pendaku salafi mewajibkan makna dhahir dan mereka tidak konsisten. sedangkan Asy'ariyah memilah makna dhahir dan terus konsisten
Tak satupun Asy'ariyah yang menolak sifat yang disebutkan oleh Allah dan Rasul, tidak seperti yang difitnah oleh anti Asy'ariyah. Jadi jangan kaget kalau Imam Asy’ari juga mengakui istawa, yad, dll itu. Ya memang begitu semuanya sejak masa Imam Asy’ari hingga kiamat
#Abdul Wahab Ahmad