Imam Bukhari (semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat-Nya yang luas), pernah merasakan kepedihan dan kesempitan di akhir-akhir kehidupannya dikarenakan beliau ditahdzir kala itu oleh gurunya sendiri. Hingga semua orang meninggalkan beliau kecuali beberapa muridnya saja seperti Imam Muslim. Bumi yang luas terasa sempit baginya. Hingga pada akhirnya beliau memohon agar diwafatkan oleh Allah. Sebulan setelah beliau berdoa, Allah pun meng-ijabah doanya dan mewafatkan beliau.
Namun lihatlah hingga saat ini. Nama Imam Bukhari lebih bersinar. Karya Imam Bukhari lebih diterima oleh kaum muslimin. Ternyata tidak selalu orang yang ditahdzir itu benar-benar salah. Bisa jadi kita yang keliru atau salah informasi atau tidak pernah konfirmasi langsung. Atau bisa jadi kita yang kurang berlapang dada menerima perbedaan pendapat yang sudah masyhur terjadi sejak zaman salaf dahulu.
Yang jadi pelajaran di sini adalah sikap adilnya Imam Bukhari. Meski perlakuan gurunya (Imam Adz-Dzuhli) seperti itu padanya, namun Imam Bukhari tetap memasukkan periwayatan dari gurunya tersebut di dalam kitab shahihnya. Ilmu adalah ilmu. Urusan pribadi adalah urusan pribadi. Beliau tetap menghargai jasa gurunya tersebut. Kalau kita di posisi beliau, mungkin kita akan sakit hati dan mem-blacklist nama guru tersebut dari kitab kita atau dari kehidupan kita. Allahu a'lam.
Robi Maulana Saifullah
27 Oktober pukul 12.20 ·
TAWADHU
Ibnu Hajar menyebutkan bahwa guru-guru Imam Bukhari itu bertingkat-tingkat. Di antara tingkatan guru Imam Bukhari adalah muridnya sendiri. Ini menunjukkan bahwa sekelas Imam Bukhari tidak jumawa dengan ketinggian ilmunya. Beliau tetap mau mengambil faidah dan mau berguru kepada muridnya. Demikian juga yang dilakukan oleh Ibnu Hajar. Di antara guru Ibnu Hajar pun adalah muridnya sendiri.
Mengapa demikian? Pertama, jelas menunjukkan sifat tawadhu. Kedua, bisa jadi ada ilmu atau faidah yang tidak kita dapatkan sementara murid kita yang mendapatkannya. Atau bisa jadi ada hal yang murid kita lebih ahli atau lebih paham daripada kita dalam suatu hal atau isu. Allahu a'lam.
Robi Maulana Saifullah
26 Oktober pukul 15.58 ·
BANYAK GURU
Para ulama terdahulu sudah biasa mereka banyak gurunya. Sebagai contoh Al-Imam Al-Bukhari gurunya 1000 lebih. Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani gurunya 700 lebih.
Apa faidahnya? Di antara faidahnya adalah agar meminimalisir terjadinya fanatisme atau taklid yang tercela. Manakala seseorang gurunya sedikit apalagi hanya satu dua orang, maka pintu fanatisme dan taklid tercela mudah terbuka untuknya. Bahkan pada level tertentu barangkali ia menganggap hanya gurunya saja yang paling berilmu. Ia lupa bahwa di atas langit masih ada langit lagi.
Oleh sebab itulah, ulama dahulu menasehatkan yang intinya bahwa engkau tidak akan mengetahui kesalahan atau kekurangan gurumu sampai engkau duduk atau berguru kepada guru yang lainnya.
Robi Maulana Saifullah
26 Oktober pukul 13.19 ·
#Robi Maulana Saifullah