Rojih Menurut Siapa?

Rojih Menurut Siapa? - Kajian Medina
ROJIH MENURUT SIAPA?

By. Ahmad Sarwat, Lc.MA

Dulu awalnya ketika mulai ditugaskan untuk menjawab masalah fiqih, saya bingung harus kasih jawaban yang mana.

Pasalnya, waktu dulu kuliah di LIPIA, jawaban soal ujian harus lengkap mewakili 4 mazhab. Masih ditambah dengan dalil masing-masing dengan menyebutkan juga kenapa beda pendapat.

Doktor Salim waktu itu mengarahkan untuk memilihkan pendapat yang paling rojih saja. Tidak usah semua pendapat disampaikan.

Alasannya takut yang baca tambah bingung dengan perbedaan pendapat. Jadi kasih saja satu jawaban, plus dalilnya. Begitu arahannya.

Namun yang jadi masalah saat itu, jawaban yang paling rojih yang mana? Apakah rojihnya berdasarkan asumsi dan selera saya pribadi? Ataukah berdasarkan selera jamaah saya? Atau selera dosen saya?

Benar-benar bingung saat itu. Karena tidak ada standarisasi. Benar-benar tidak jelas konsepnya. Rojih menurut siapa?

Akhirnya saya tetap menuliskan jawaban versi empat mazhab yang lengkap. Justru tanpa merajihkan salah satunya. Selain saya bukan orsng yang berhak melalukan tarjih, juga karena masing-masing pendapat itu sudah rojih di masing-masing mazhab.

***

Namun tetap saja menuliskan pendapat 4 mazhab lengkap dengan dalilnya butuh waktu lebih panjang, selain juga butuh buka kitab lebih banyak.

Pada akhirnya yang paling sederhana memang menjawab pakai satu mazhab saja, tapi tidak menyalahkan pendapat lain. Tetap merujuk kepada pendapat yang rojih, tapi rojih menurut penganut mazhab mayoritas di negeri kita, Syafi'i. Fakta seperti ini tidak bisa dipungkiri.

Di Saudi sana pun para ulamanya menjawab pakai mazhab Hambali. Dan di Turki mereka menjawab pakai mazhab Hanafi. Sedangkan di Maroko, mereka jawab pakai mazhab Maliki.

Sesimple itu dan sederhana sekali aturan mainnya.

Dan akan jadi runyam, kalau di negeri mayoritas Syafi'i, malah menjawab pakai mazhab lain, sambil mencaci maki pendapat mazhab Syafi'i yang mayoritas. Kalau sampai diboikot dan diusir, ya resiko tanggung sendiri. Itu namanya bangunin macan tidur dengan cara menggigit buntutnya.

Minimal dijilatin pakai lidahnya yang sekasar amplas, itu udah untung banget.

Ahmad Sarwat
17 September pukul 22.13 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.