Bukti Empat Madzhab Banyak Diminati Ulama Salaf

Bukti Empat Madzhab Banyak Diminati Ulama Salaf - Kajian Medina
BUKTI EMPAT MADZHAB BANYAK DIMINATI ULAMA SALAF
(Bedah Pemikiran Mbah Hasyim Asy’ari)

Luthfi Bashori

Dalam kitab Risalah Ahlus Sunnah wal Jamah, karya KH. Hasyim Asy’ari, beliau membahas panjang lebar tentang generasi ulama Salaf, yang mayoritasnya adalah penganut madzhab empat.

Sebut saja Imam Al-Bukhari adalah penganut madzhab Syafi’i, beliau belajar dari Al-Humaidi, Az-Za’farani, dan Al-Karabisi.

Begitu pula dengan Imam Muslim, Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam An-Nasa’i, Imam Al-Mahasibi, Imam Junaid Albaghdadi, Imam Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam Addarimi, Imam Ibnu Majah, Imam Abu Hatim Arrazi, Imam Almuzani dan Imam Nawawi serta masih banyak lagi yang lainnya, mereka memilih sebagai penganut madzhab Syafi’i.

Sedangkan silsilah keilmuan Imam Syafi’i cukup banyak, antara lain Imam Syafi’i berguru kepada Imam Muslim bin Khalid Azzanji, yang mana guru Imam Syafi’i ini belajar kepada Imam Muhammad bin Juraij seorang Tabiut Tabi’i. Adapun Imam Muhammad bin Juraij berguru kepada seorang Tabi’i bernama Sy. Atha’ bin Rabah yang menjadi murid dari Shahabat Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas). Tentu saja Sy. Abdullah bin Abbas adalah salah satu dari para murid Rasulullah SAW.

Di antara para ulama generasi Salaf itu ada pula yang memilih bermadzhab Hanafi, seperti Imam Alhafidz Murtadha Azzabidi pengarang kitab Aljawahirul Munifah fi Ushuli adillati Madzhabil Imam Abi Hanifah. Demikian Imam Ibnu Jarir Atthabari pengarang kitab Tafsis Atthabari.

Adapun generasi Salaf yang bermadzhab Maliki antara lain, Imam Abu Hasan Assyadzili pendiri Thariqah Assyadziliyah, Imam Ibnu Qasim, Imam Assbagh bin Alfaraj, Imam Alqadli Iyadh Alyahsubi, dan lain sebagainya.

Untuk para ulama Salaf yang bermadzhab Hanbali antara lain adalah Imam Alkhallal yang wafat tahun 311 H, Imam Alqadli Abu Ya’la wafat tahun 458 H, dan Imam Abu Alkhatthab yang mempunyai banyak karangan kitab serta menjadi salah satu gurunya Syaikh Abdul Qadir Aljilani. Tentu masih banyak yang lainnya.

KH. Hasyim Asy’ari menerangkan tentang pentingnya bermadzhab: ”Sebab, berpegang kepada madzhab tertentu akan membuat seseorang lebih mudah menghimpun fakta, memahami masalah, mendalami persoalan, dan mendapatkan apa yang dibutuhkan. Prinsip inilah yang dianut oleh generasi salafus shalih dan masyayaikh (kiai) di masa lalu. Mudahan-mudahan Allah SWT berkenan meridlai mereka semua. Maka kami menganjurkan kepada segenap kaum muslimin agar bertaqwa kepada Allah SWT dengan takqa yang sebenar-benarnya. Jangan sampai mereka mati kecuali sebagai muslim (yang sejati).”

Tentunya, berbeda pilihan dalam menentukan madzhab fiqih untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari itu, bukan berarti pertanda adanya perpecahan di antara umat Islam khususnya di kalangan para generasi Salaf, namun sekalipun para Imam yang menjadi rujukan umat Islam dari masa ke masa hingga saat ini, sebut saja Imam Bukhari dan Muslim, ternyata tidak serta merta meninggalkan empat madzhab yang diakui dunia Islam.

Untuk menjalin ukhuwwah Islamiyah di antara umat Islam walaupun beda madzhab, maka KH. Hasyim Asy’ari menghimbau:

“Hendaklah memperbaiki hubungan di antara mereka, menyambung tali persaudaraan (bersilaturrahim), berbuat baik kepada tetangga, karib kerabat dan kawan-kawan, mengetahui hakikat dosa-dosa besar, menyayangi orang-orang lemah dan orang-orang kecil. Kita harus mencegah mereka dari permusuhan, saling membenci, memutuskan hubungan, saling mendengki, berpecah belah dan berbeda-beda dalam urusan agama.

Kita harus mendorong mereka agar menjadi saudara, bekerjasama dalam kebajikan, memegang teguh agama Allah SWT, tidak bercerai-berai, dan mengikuti Al-Kitab (Al-Qur’an), As-Sunnah (hadis), dan jalan yang diikuti oleh ulama-ulama umat ini, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbali.

Mudah-mudahan Allah SWT berkenan meridlai mereka semua. Mereka adalah orang-orang yang telah dinyatakan dalam ijma’ (konsensus umat Islam) bahwasanya kita tidak boleh keluar dari madzhab mereka dan harus menolak pendapat yang dimunculkan oleh kelompok yang berseberangan dengan apa yang dianut oleh generasi Salafus shalih.”

Dalam berwasiat tentang pentingnya menjalin uhkuwwah Islamiyah, KH. Hasyim Asy’ari tidak hanya menasehati umat Islam dengan menggunakan nalar pikiran belaiu semata, namun KH. Hasyim Asy’ari juga menukil beberapa hadits dan atsar, sebagaimana beliau menyitir riwayat bahwa Rasulullah SAW telah menyatakan: “Orang yang menyendiri (keluar dari jama’ah) akan menyendiri ke neraka.”

Beliau juga mengajak agar umatnya senantiasa bergabung bersama jama`ah yang mengikuti jalan yang dilalui oleh generasi Salafus shalih, karena dalam Hadits Rasulullah SAW bersabda:

“Dan aku memerintahkan kepada kalian 5 hal yang Allah perintahkan kepadaku: mendengar, patuh, berjihad, berhijrah, dan berjama’ah. Karena sesungguhnya orang yang meninggalkan jama’ah sejengkal saja, maka ia telah melepaskan tali Islam dari lehernya.”

Umar bin Khattab RA pernah berkata: “Teruslah berjama’ah dan jangan sekali-kali berpecah- belah. Karena setan bersama satu orang, dan jika ada dua orang, maka setan akan berada lebih jauh. Barangsiapa yang menginginkan kemewahan hidup di surga, hendaklah ia konsisten bersama jama’ah.”

Luthfi Bashori
25 Juli pukul 08.14 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.