by. Ahmad Sarwat, Lc.MA
Usia 5 tahun saya dimasukkan ke Madrasah Ibtidaiyah. Cuma diantar ibu saya pas hari pertama masuk, itu pun sekedar untuk didaftarkan dan bayar uang pendaftaran, terus ditinggal.
Jadi tersiksa lah saya di kelas satu itu, tidak kenal siapa-siapa, tidak ditunggu orang tua, apalagi sangat amat menahan kencing yang nggak berani bagaimana bilangnya ke ibu guru.
Begitu istirahat, saya langsung ngacir pulang, tidak bawa tas dan tidak balik-balik lagi untuk seterusnya. Dirayu dengan berbagai macam jenis rayuan, saya tetap menggeleng, gak mau sekolah. Alasannya karena gak bisa pipis. Hehe
Baru tahun depannya setelah saya genap usia 6 tahun, mau sekolah lagi. Tapi maunya sekolah di SD Negeri. Karena saat itu ada banyak teman dan barengannya, dimana mereka dalam kesehariannya memang teman saya bermain. Tetangga dan saudara.
Meski lokasi SDN 01 Karet Kuningan lumayan jauh dari rumah dan hanya dengan jalan kaki, tapi setiap hari mereka hampiri saya, lalu kami berlima berenam sama-sama jalan kaki dengan riang ke sekolah. Saya pun enjoy dan betah bersekolah.
Pulangnya jumlah teman saya yang pulang bareng bisa lebih banyak lagi, bisa sampai 10-15 anak. Jalan kaki ramai-ramai, jarak jauh tidak terasa.
Suasana Kuningan Jakarta tahun 1976 masih sepi, lengang, banyak pohon rindang, kebun kosong, lapangan, sawah, tegalan, jalan kampung. Kalau malam, belum ada listrik, cuma pakai lampu Petromak atau lampu teplok. Kemana-mana kudu bawa senter dan konon masih banyak kuntilanak berseliweran nyebrang jalan. Hii
Memang tahun 1976 belum ada gadget, youtube dan kuota. Tapi kita asyik bermain petak umpet, gundu, atau ngejar-ngejar layangan putus, cari buah asem, nyebur di empang, menuba ikan, dan jajan krupuk yang digoreng pakai pasir.
Pulang sekolah pas adzan zhuhur, diteruskan sekolah Arab Madrasah Ibtidaiyah sore hari. Belajar tajwid, siroh khulashah nurul yaqin, fiqih, nahwu, sharaf, imla', khat, mahfuzhat, dan hafalan aqidatul awam.
Malam datang mengaji baca Quran, Rawi Barzanji, Sifat 20, Babul Minan ke rumah guru ngaji.
Kalau ada mesin waktu, pengen juga nyobain jalan-jalan ke zaman itu lagi. Pasti seru. Hehe
Ahmad Sarwat
17 Juli pukul 04.06 ·
#Ahmad Sarwat