Menikmati Salat Tarawih

Menikmati Salat Tarawih - Kajian Medina
MENIKMATI SALAT TARAWIH

Menurut hemat kami,jika dilihat dari kondisi serta kwalitas keagamaan masyarakat di Indonesia secara umum, maka standar salat tarawih yang bisa diamalkan dengan mudah dan khusyu’ adalah :

(1). Jumlah rekaat : 11 rekaat (8 rekaat salat Tarawaih dan 3 rekaat salat witir).
(2). Surat yang dibaca : surat-surat pendek dibaca dengan tartil dan irama merdu.
(3). Waktu : ba’da Isya’ langsung.
(4). Waktu penyelesaian : -+ 30 menit.
(5). Kalau pakai kultum : harus disiplin benar-benar 7 menit, maksimal 10 menit.

Komposisi salat Tarawih seperti ini, bisa untuk diikuti oleh semua orang, mulai dari anak kecil, dewasa, sampai orang tua. Lebih bisa khusyu’ karena komposisinya sesuai dengan kemampuan dan kwalitas keagamaan mereka. Ritme pelakasanaannya bisa dilakukan dengan tenang dan santai, tidak terlalu cepat, tapi juga tidak terlalu lambat. Adat pelaksaan salat Tarawih seperti ini, sudah berjalan puluhan, bahkan mungkin ratusan tahun (di daerah kami). Sehingga, jika ada rencana untuk mengubahnya, maka perlu untuk dipertimbangkan secara matang. Karena mereka mau salat Tarawih, itu sudah baik. Jangan sampai dengan perubahan mereka justru lari.

Memang benar, asalnya salat itu semakin banyak yang dibaca/semakin lama berdirinya semakin utama. Memang benar, semakin banyak rekaatnya semakin baik. Tapi, keutamaan ini belum tentu terwujud di suatu masyarakat tertentu. Ingat ! bahwa afdhaliyah (keutamaan) suatu amal ibadah itu dipengaruhi oleh empat hal, yaitu : Zaman, keadaan, tempat, dan masyarakat. Apa yang afdhal di suatu tempat,belum tentu afdhal di tempat lain. Afdhal di suatu masyarakat, belum tentu afdhal di masyarakat yang lainnya. Dan begitu seterusnya.

Kita harus menyadari, bahwa masyarakat kita masih banyak yang ke masjid hanya ketika bulan Ramadan. Ini tidak buruk, tapi kita harus tanggap dengan kondisi ini. kita tidak perlu memaksakan program satu malam satu juz, atau salat diubah jadi 23 rekaat, atau kultum yang panjang. Walaupun hal ini semuanya boleh, bahkan asalnya lebih utama. Tapi, untuk kondisi masyarakat kita secara umum jadi kurang utama. Kalau dipaksakan, akhirnya terjadi hal-hal yang kurang baik. Salat itu tidak semata memperbanyak rekaat atau memperbanyak ayat yang dibaca, tapi perlu kekhusyu’an dan penghayatan dari ibadah itu sendiri. Karena salat itu media menujatnya seorang hamba kepada Rabb-nya. Imam An-Nawawi –rahimahullah- (wafat : 676 H) berkata :

يُسْتَحَبُّ دُخُولُهُ فِيهَا بِنَشَاطٍ وَإِقْبَالٍ عَلَيْهَا وَأَنْ يَتَدَبَّرَ الْقِرَاءَةَ وَالْأَذْكَارَ وَيُرَتِّلَهُمَا...حتي فرغ منها ويستحضر مَا أَمْكَنَهُ مِنْ الْخُشُوعِ وَالْخُضُوعِ بِظَاهِرِهِ وَبَاطِنِهِ

“Dianjurkan untuk masuk ke dalam salat dengan semangat, menetapinya, memikirkan bacaan dan dzikir serta membaca keduanya dengan tartil....sehingga pikirannya akan fokus serta berusaha untuk menghadirkan rasa khusyu’ dan ketundukkan secara dzahir dan batin semampunya.” [Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 3/519].

Kenapa ada fenomena salat 23 rekaat dengan ritme yang sangat cepat seperti balapan ? karena mereka ingin cepat selesai. Itu menunjukkan, bahwa sebenarnya mereka merasa keberatan dengan jumlah itu, sehingga kurang menikmati apa yang mereka lakukan. Kalaulah bisa menikmati, tentu mereka tidak ingin cepat-cepat selesai (baca : tergesa-gesa). Dalam keyakinan saya, saat para sahabat salat Tarawih 23 rekaat kala itu, tentu pelaksanaannya tenang (thu’maninah) dan ditempuh dalam durasi waktu berjam-jam. Mereka bisa menikmati apa yang mereka amalkan, karena sesuai dengan tingkat ketaqwaan dan keimanan mereka. Apa yang afdhal di lakukan oleh para sahabat, maka belum tentu afdhal di lakukan di zaman ini. kenapa ? karena perbedaan empat hal yang telah kami sebutkan sebelumnya. Wallahul muwaffiq ila aqwam ath-thariq.

Abdullah Al-Jirani

Abdullah Al Jirani
9 Mei pukul 10.08 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.