Sebenarnya tidak salah-salah amat kalau mau pakai istilah hijrah. Keren juga sih, not to bad.
Tinggal dibereskan beberapa hal tersisa, semisal :
1. Serius belajar berbagai cabang ilmu keislaman. Belajar ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih, ilmu tasawuf.
2. Dan jangan lupa juga untuk kuasai bahasa Arab sampai matang. Sebab 99% literatur Islam itu berbahasa Arab.
3. Belajar ilmu agama hanya kepada ulama yang memang terbukti kepakarannya di bidang ilmu tersebut.
4. Jangan belajar kepada artis, dukun, selebriti, preman insap, motivator atau tokoh panggung. Pastikan kapabilitas dan otoritas keilmuannya.
5. Jangan belajar hanya mengandalkan sosial media, yang tidak jelas sosok nara sumbernya.
6. Sebagai 'muallaf' keilmuan (saya kok lebih suka pakai istilah ini), jangan merasa diri sudah paling pintar sendiri. Ilmu yang sudah didapat belum ada setetes air dari tujuh samudera yang luas.
7. Selalu tawadhu' dan rendah hati. Jangan memonopoli kebenaran padahal boleh jadi kebenaran itu bisa beragam tidak selalu seragam.
8. Jangan terlalu kepo ngurusi keimanan orang. Urusi saja kualitas iman diri sendiri agak jadi orang beriman dan bertaqwa yang sesungguhnya. Urusan keimanan orang lain, sudah ada malaikat yang menilainya.
9. Masih keukeu pakai istilah hijrah juga? Ya udah gpp, atur aja. Tapi hijrahnya harus jelas arahnya. Hijrah dari suka nyinyir jadi banyak introspeksi, dari suka menyalahkan orang lain jadi menyalahkan diri sendiri. Dari cuma punya satu guru jadi terbuka punya sejuta guru. Dari tidak berilmu jadi pembelajar banyak ilmu.
10. Sebagai pembelajar yang masih kemarin sore, hormati para guru dan kakak kelas. Banyak-banyakin konsultasi dengan mereka, bukan malah memaki dan mencaci.
Selamat hijrah, semoga selamat sampai tujuan.
Ahmad Sarwat, Lc.MA
Ahmad Sarwat
11 April ·
#Ahmad Sarwat