Adzan

Adzan - Kajian Medina
Adzan

Ada orang kirim WA ngotot bilang gini : Adzan bukan untuk orang yang mati tapi untuk memanggil orang sholat

Saya jawab : Adakah ayat Quran atau hadits yang membatasi adzan hanya untuk shalat? Mohon dicantumkan.

Kok nggak dibalas-balas, mungkin dia lagi sibuk tanya ke gurunya. Ada yang bisa bantuin dia cari jawaban gak ya?

Ahmad Sarwat merasa senang.
1 jam ·

Komentar :

Aris Diansah : Ya dari matannya dong pak ustadz, saya balik tanya....adzan matanya cocok ga buat "bicara" sama orang mati?

Saya malah bingung mau ngetawain yg mana?

Zen Aljufri : Agama kok cocok-cocokan..?

Aris Diansah : Ya udah, kalo ga mau cocok2an. Silahkan kasih saya dalil adzan buat mengiring jenasah dikubur. Piye?

Ahmad Sarwat : Rasulullah SAW berbicara kepada mayat di kubur. Para shahabat bingung, kok ngomong sama orang mati?

Beliau tegaskan mereka bisa dengar apa yang kita bicarakan. Makanya masuk area kuburan, disunnahkan memberi salam. Kalau pakai logika, ngapain kasih salam sama orang mati? Kan nggak bisa dengar juga?

Nah, itu Nabi kok yang nyuruh. Dan Beliau SAW ngomong sama orang mati di kuburan. Salam kita kepada ahli kubur pakai sighat : assalamu alaika (salam kepadamu). Bukan doa lewat Allah, tolong kasih dia salam.

Jadi santai mas, jangan grasa grusu merasa diri paling benar, lalu semua orang salah semua.

Banyak ulama banyak hadits dan banyak pendapat. Kalau ilmu belum seberapa, mending perbanyak saja dulu. Sebelum pamer pamer ke orang-orang.

Aris Diansah : Saya tanya kan dalil adzan pas nguburkan tadz. Bukan peristiwa baqi.

Ahmad Sarwat : Saya tidak setuju adzan pas nguburin. Tapi saya tidak menyalahkan mereka yang melakukannya. Mereka punya dalil yaitu qiyas.

Karena adzan itu untuk menghadapi bala' juga, maka masuknya mayat ke liang lahat itu punya kesamaan 'illat. Sama-sama menghadapi bala'.

Para ulama mazhab syafi'i berbeda pendapat dalam qiyas yang satu ini. Ada yang dukung ada yang tidak. Saya pribadi termasuk yang tidak mendukung. Tapi saya hormati yang dukung adzan pas nguburin mayat.

Begitu lah kami diajari ilmu fiqih perbandingan mazhab. Tidak otomatis yang tidak sejalan dengan pendapat saya, lantas kita tuduh keliru.

Kalau haditsnya bahwa Nabi nguburin pakai adzan, jelas tidak ada. Sebagaimana juga tidak ada yang melarangnya.

Kalau pakai kaidah al-aslu fil ibadah at-tahrim jelas itu bukan kaidah para ulama. Silahkan cek ketemu di kitab ushul fiqih yang mana adanya kaidah itu.

Yang benar kaidahnya al-ashlu fil ibadah at-tauqif. Tapi dalam ibadah boleh pakai qiyas. Contohnya wanita nifas tidak boleh shalat. Sampai botak tidak akan ada hadits larangannya. Tapi nifas diqiyaskan ke haidh. Maka yang dilarang bagi wanita haidh, juga berlaku bagi wanita nifas. Itu qiyas. Dan qiyas dipakai dalam ibadah.

Ahmad Sarwat : Itu cuma logika dan akal-akalan saja. Tapi tidak ada hadits yang melarang atau membatasinya.

Bagaimana kalau saya kasih riwayat bahwa di masa kenabian ternyata dalam perang juga dikumandangkan adzan? Mengumpulkan shahabat juga pakai adzan. Dan banyak riwayat lagi termasuk adzan anak bayi baru lahir.

Aris Diansah : Kalo mau fokus, ya langsung kasih saya dalil buat pengantar ngubur mayat dong tadz.

Aris Diansah : Yg lain sy dah faham tentang pesrselisihan derajat haditsnya. Coba kasih sy yg buat ngubur jenasah tafz

Ahmad Sarwat : Saya tidak setuju adzan pas nguburin. Tapi saya tidak menyalahkan mereka yang melakukannya. Mereka punya dalil yaitu qiyas.

Karena adzan itu untuk menghadapi bala' juga, maka masuknya mayat ke liang lahat itu punya kesamaan 'illat. Sama-sama menghadapi bala'.

Para ulama mazhab syafi'i berbeda pendapat dalam qiyas yang satu ini. Ada yang dukung ada yang tidak. Saya pribadi termasuk yang tidak mendukung. Tapi saya hormati yang dukung adzan pas nguburin mayat.

Begitu lah kami diajari ilmu fiqih perbandingan mazhab. Tidak otomatis yang tidak sejalan dengan pendapat saya, lantas kita tuduh keliru.

Kalau haditsnya bahwa Nabi nguburin pakai adzan, jelas tidak ada. Sebagaimana juga tidak ada yang melarangnya.

Kalau pakai kaidah al-aslu fil ibadah at-tahrim jelas itu bukan kaidah para ulama. Silahkan cek ketemu di kitab ushul fiqih yang mana adanya kaidah itu.

Yang benar kaidahnya al-ashlu fil ibadah at-tauqif. Tapi dalam ibadah boleh pakai qiyas. Contohnya wanita nifas tidak boleh shalat. Sampai botak tidak akan ada hadits larangannya. Tapi nifas diqiyaskan ke haidh. Maka yang dilarang bagi wanita haidh, juga berlaku bagi wanita nifas. Itu qiyas. Dan qiyas dipakai dalam ibadah

Muhammad Syamsudin : Adzan saat angin ribut adalah panggilan ribut

Faisal Zulkarnaen : Saya kalau ada angin ribut atau hujan berangin biasanya azan.

Tri Handhono : Ada yg adzan untuk menghentikan badai juga stad, tempo hari

Ahmad Sarwat : Intinya sederhana. Urusan adzan tidak dibatasi hanya panggilan shalat saja. Di masa Nabi banyak praktek adzan di luar panggilan shalat. Dan tidak ada satu pun statemen nabi yang membatasi adzan hanya untuk shalat.

Yang membatasi itu orang zaman sekarang saja. Bukan Nabi yang bilang. Makanya saya suruh carikan hadits nabi yang membatasi, gak bisa jawab. Lha wong emang nggak ada hadits larangannya.

Zaman dulu banyak ustadz kurang ilmu ngomong asal njeplak, gak ada yang protes. Tapi sekarang, tantangan buat para ustadz untuk ngaji lebih banyak lagi. Jangan jadi orang jumud, beku, merasa dia doang yang paham agama.

Setidaknya hati-hati bicaranya. Awali saja dengan kalimat pembuka : dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat bla bla bla. Itu lebih aman.

Ahmad Sarwat : Jadi orang kudu paham fiqih perbandingan mazhab, apalagi jadi ustadz. Biar tidak merasa diri paling benar sendiri, lalu menyalah-nyalahkan orang melulu

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.