Apa Yang Terpikir Pertama Kali?

Apa Yang Terpikir Pertama Kali? - Kajian Medina
APA YANG TERPIKIR PERTAMA KALI ?

Oleh : Abdullah Al Jirani

Apa yang terpikir dan akan kita lakukan pertama kali jika kita melihat saudara kita melakukan sebuah kesalahan ? Jawaban dari pertanyaan ini sangat penting, karena sikap dan keputusan yang pertama kali muncul dari diri seseorang dalam menyikapi sebuah peristiwa, akan menunjukkan jati diri keilmuan seorang terhadap agama ini, dan sejauh mana Allah memberikan taufiq kepadanya. Tidak percaya ? mari kita simak bersama.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin –rahimahullah- berkata :

فلا يحل لنا أن نفرط في دين الله وعبادة الله بحيث يضلل بعضنا بعضاً ويبدع بعضنا بعضاً، بل إذا رأينا من أخينا مخالفة لنا في العقيدة أو في العمل القولي أو الفعلي فإن الواجب أن ننصحه إن كان دوننا ونناقشه إن كان مثلنا لا أن نذهب ونتكلم فيه عند الناس فيبقى هو في ضلاله وتحصل التفرقة بين الأمة

“Maka tidak halal (haram) bagi kita untuk berlebihan/melampaui batas di dalam agama dan ibadah kepada Allah. Dimana sebagian kita menyesatkan sebagian yang lain dan sebagian kita membid’ahkan sebagian yang lain. Bahkan, apabila kita melihat penyelewengan dari saudara kita terhadap kita di dalam masalah aqidah, atau di dalam amalan yang berupa ucapan ataupun perbuatan, maka yang wajib bagi kita adalah menasihatinya jika dia di bawah kita. Dan kita mengajak diskusi dia jika dia seorang yang selevel dengan kita. Bukan justru kita pergi dan membicarakannya (menjelek-jelekkannya) di hadapan manusia. Akhirnya, dia tetap di dalam kesesatannya dan terjadilah perpecahan di antara umat.” [Fathu Dzil Jalali wal Ikram : 6/387 terbitan Al-Maktabah Al-Islamiyyah tahun 2006].

Nasihat di atas mengandung pesan, hendaknya kita berusaha menghidupkan kembali tradisi saling menasihati di antara kaum muslimin dengan cara yang baik, sopan, penuh kasih sayang, dan saling berdiskusi dengan menjaga adab-adanya. Dan sebisa mungkin, dilakukan dengan cara ‘empat mata’. Adapun tabdi’ (membid’ahkan) dan tadhlil (penyesatan) hanya akan menjatuhkan kita kepada jurang tafrith (melampaui batas) terhadap saudara dan agama kita. Selain itu, tidak ada manfaatnya untuk mereka yang tersalah. Hanya akan menambah mereka lebih jauh di dalam kesalahannya.Terlebih, jika perkara seperti ini dilakukan di depan umum, baik secara langsung ataupun lewat media-media seperti sekarang ini.

Apakah ini yang terpikir dan akan anda lakukan pertama kali saat melihat ada saudara seiman yang terjatuh di dalam sebuah kesalahan ?? Jika jawabannya : YA, insya Allah anda seorang yang “muwaffaq” (diberikan taufiq oleh Allah Ta’ala). Karena taufiq itu ada tanda-tandanya. Dan ini salah satu tandanya. Barakallahu fiikum jami’an.

Karanganyar, 29 Rabi’ul Awwal 1440 H/7 Desember 2018

Abdullah Al Jirani
7 Desember pukul 05.49 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.