Suhail ibn Abi sholeh adalah seorang tabiin yang tsiqoh dapat dipercaya, hafidz besar, tetapi beliau di akhir2 kehidupannya tertimpa sebuah penyakit yang membuat hafalannya hilang (naudzibillah min dzalik)
Imam Malik meriwayatkan dalam muwatho'nya dalam bab wudhu dengan riwayat malik dari suhail ibn abi Sholeh, dari bapaknya, dari abi Hurairah Radhiyallahu Anhu
Dan selain imam Malik yang meriwayatkan dari beliau ada yang bernama Robiah ibn Abdirrahman, atau disebut sebagai robiaturro'yi yang mana riwayat yang dibawakan oleh Suhail tentang menunaikan janji...
Yang mendengar hadits ini lainnya adalah Abdul aziz ad-darowardy yang meriwayatkan dari Suhail langsung, tapi Ternyata Suhail lupa akan hadits tersebut (sanadnya gini Abdul aziz meriwayatkan dari Robiah, Robiah meriwayatkan dari Suhail bin Abi sholeh)
Maka Abdul aziz menanyakan hadits yang diriwayatkan beliau dari Suhail tadi kepadanya
Maka Suhail yang waktu itu lupa mengatakan : sesungguhnya diriku mendengar bahwa Robiah bahwa ia mendengar dariku hadits tersebut tetapi aku gak mengingatnya
Suhail tsiqoh, Robiah tsiqoh dan ad-darowardy pun tsiqoh
Suhail yang melihat muridnya tsiqoh pun percaya akan apa yang diucapkan muridnya kalo mendengar hadits darinya
Jadi ketika ia lupa hadits maka ia meriwayatkan dengan berkata
Sesungguhnya aku mendengar dari Robiah bahwa diriku menyampaikan hadits kepadanya yang mana aku meriwayatkan dari bapakku dari abi Hurairah bajwa nabi bersabda
Lihat kejujuran mereka dalam meriwayatkan, dan seandainya mereka mau cukup bilang aku mendengar dari bapakku demikian
(Beberapa faedah dari dars sanad yang telah lampau dari syeikh Sa'id Kamaly)
Itulah ulama2 salaf mereka benar2 jujur bahkan dalam ucapan dan riwayatnya
Sekarang banyak orang yang ngaku cinta dan mengikuti para ulama salaf tapi jangankan jujur dalam menyebutkan sanad,
Lah copas aja kadang gak menyebutkan asalnya dari mana seakan jadi mujtahid mutlaq semua di abad ini, debat panjang lebar gak punya ilmu alat dan ilmu yang didiskusikan, isinya copas semua tapi gak menyebutkan asalnya dari mana...
Jujur ana melihat hal2 seperti ini justru menghina kemuliaan ilmu, kalo anda gak paham gimana cara ulama beristidlal maka diam, patokannya bukan situs tulisan ustadz anda, gak mesti yang menyelisihi fiqhnya ustadz anda kemudian anda anggap sesat seenaknya
karena ulama jaman dulu ilmunya jauh gak bisa dibayangkan, ibn hajr mensyaratkan kalo jadi ulama panutan itu harus bertaqwa, pintar, pakar bahasa arab dari nahwu shorof, minimal telah menulis 200 jilid kitab dari 500 jilid rujukan kitab (sebagaimana di nukilkan syeikh Bakr abu Zaid dalam hilyahnya)
Tentu saja hafal Qur'an dengan berbagai macam qiroahnya agar tahu berdalil dengannya
Misalnya
أرأيت
Ia harus tahu ada empat qiroah dalam hal ini, dan perbedaan ini mempengaruhi hukum pula dari penilaian bahasa kedepannya, dst
Nah kalo ada yang speknya kayak gini terus anda bilang yang menyelisihi mereka sesat mungkin masih masuk akal, laah kalo masih belum seperti itu maka sangatlah wajar kalo orang lebih suka taqlid sama ulama2 mutaqoddimin dari pada ustadz anda di zaman ini ( terlebih akhlak anda menyampaikan ilmu ke orang lain buruk)
Dan.....Ana pribadi lebih suka taqlid sama ulama2 mutaqoddimin dalam beberapa perkara yang ana jumpai
Kaedahnya seperti pertanyaan nabi Musa ke kaumnya yang dapet makanan dari surga tapi malah minta bawang dll
أتستبدلون الذي هو أدنى بالذي هو خير ؟؟؟؟؟
Kita hormati para asatidzah hafidzohumullah wa barakallah bihimul ummah, tetapi mensejajarkan dengan ulama terdahulu adalah kemustahilan yang nyata...
Taruh di tempat yang tepat maka itu bentuk kemuliaannya...
Aboud Basyarahil
23 November pukul 22.37 ·
#Aboud Basyarahil