Setelah peperangan Bani al-Mushthaliq, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Walid bin Uqbah bin Abi Mu’aith untuk menarik zakat kepada mereka. Pada masa Jahiliah, Walid bin Uqbah terlibat konflik dengan suku Bani al-Mushthaliq. Setelah kaum Bani al-Mushthaliq mendengar akan datangnya utusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menarik zakat, mereka berkumpul untuk menyambut kedatangan Walid, karena mengagungkan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ternyata Walid bin Uqbah salah sangka. Ia mengira bahwa mereka berkumpul untuk membunuhnya. Sehingga di tengah perjalanan ia segera kembali ke Madinah. Lalu Walid membuat laporan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; “Kaum Bani al-Mushthaliq telah menolak untuk menunaikan zakat dan bermaksud membunuhku”. Mendengar laporan itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam murka dan bermaksud memerangi lagi Bani al-Mushthaliq.
Sementara di pihak Bani al-Mushhtaliq sendiri, begitu mengetahui bahwa Walid bin Uqbah kembali di tengah perjalanan, mereka segera menyusul ke Madinah dan mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, “Ya Rasulullah, kami mendengar ada utusanmu yang mau datang kepada kami. Lalu kami semua keluar untuk menyambut kedatangannya, memuliakannya dan menunaikan kepadanya zakat yang wajib kepada kami sebagai hak Allah. Ternyata utusanmu memilih kembali di tengah perjalanan. Kami khawatir, ia kembali karena ada surat darimu, karena suatu hal yang menyebabkan engkau murka kepada kami. Kami berlindung kepada Allah dari murka-Nya dan murka Rasul-Nya.”
Setelah mendengat laporan kaum Bani al-Mushthaliq itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam belum mempercayai mereka sepenuhnya. Beliau mengutus satu regu pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Beliau memerintahkan Khalid agar menyembunyikan kedatangannya kepada Bani al-Mushthaliq dan bersabda: “Lihatlah. Apabila kamu melihat dari mereka apa-apa yang menjadi tanda keimanan mereka, maka ambillah zakat dari harta mereka. Jika kamu tidak melihat tanda-tanda keimanan mereka, maka perlakukan mereka seperti halnya kamu bertindak kepada orang-orang kafir.”
Lalu Khalid bin Walid pergi mendatangi mereka dengan sembunyi-sembunyi. Ternyata ia mendegar mereka mengumandangkan azan untuk shalat maghrib dan isyak. Lalu Khalid mengambil zakat mereka. Ia melihat mereka sebagai kaum yang patuh dan baik. Lalu Khalid bersama regu pasukan itu pun pulang kembali kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengabarkan apa yang ia alami bersama kaum Bani al-Mushthaliq. Lalu Allah menurunkan ayat tentang Walid bin Uqbah yang menyampaikan berita palsu itu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS al-Hujurat : 6).
Hadits shahih riwayat Ahmad juz 4 hlm 279, al-Thabarani dalam al-Kabir [3395] dan al-Wahidi dalam Asbab al-Nuzul [760].
Dalam hadits di atas, jelas sekali, bahwa ketika terjadi informasi yang simpang siur, maka tabayun atau klarifikasi dilakukan dengan meneliti isi laporan secara mendalam. Dewasa ini, tabayun dilakukan dengan basa-basi saja. Misalnya seorang tokoh yang dalam ceramah-ceramahnya menyebarkan paham Syiah dan liberal dan bahkan paham tersebut ia tulis dalam buku resmi yang tersebar di mana-mana. Ketika banyak orang mempersoalkan pemikiran sesat tokoh tersebut, tabayun dilakukan dengan cara mengundang tokoh tersebut di lembaga tertentu, lalu menanyakan pemikirannya. Lalu ia menjawab, saya tidak liberal dan tidak menyebarkan ajaran Syiah. Kemudian tabayun basa-basi ini disebarluaskan oleh para pengagumnya sebagai senjata pamungkas menghadapi orang-orang yang mengingatkan bahaya pemikiran si tokoh itu. Sementara rekaman ceramah dan buku yang jelas-jelas menyebarkan paham liberal dan Syiah dianggap angin lalu saja dan tidak ada. Ini namanya tabayun basa-basi. Bukan tabayun seperti yang dijelaskan dalam kitab-kitab tafsir. Wallaahu a’lam.
Muhammad Idrus Ramli
19 jam ·
#Ustadz Muhammad Idrus Ramli