Hal yang terpenting itu adalah îmân Tauhîd, di manapun juga dan kapanpun juga. Apalagi pada masa-masa Akhir Zaman, di mana begitu banyak terjadi fitnah, sampai-sampai karena saking lemahnya ketauhîdan, seseorang bisa dengan begitu mudahnya menukar agama.
📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
(arti) _“Bersegeralah melakukan ‘amalan shôlih sebelum datangnya fitnah seperti malam yang sangat gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan berîmân namun di sore hari sudah dalam keadaan kâfir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan berîmân, namun di pagi hari sudah dalam keadaan kâfir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan duniawi.”_ [HR Muslim no 118; at-Tirmidzî no 2195; Ahmad no 7687, 8493,10354].
❗ Perhatikan, dalam hadîts mulia di atas, Baginda Nabî jelas-jelas menggandengan antara ‘amal shôlih dengan ketauhîdan.
❓ Apa maksudnya Tauhîd digandengkan dengan ‘amal shôlih?
⇛ Sebagaimana begitu banyak ayat suci dalam al-Qur-ân yang menggandengkan antara berîmân kepada الله (Rukun Îmân ke-1) dan berîmân kepada Hari Âkhirot (Rukun Îmân ke-5), yaitu karena îmân kepada الله menuntut orang-orang yang berîmân itu untuk ber‘amal shôlih karena ‘amal shôlih itulah yang akan ditimbang di Âkhirot kelak.
Adapun ‘amal shôlih itu adalah ‘amalan yang dilakukan dalam keadaan berislâm, niyat yang ikhlâsh, dan sesuai dengan petunjuk syari‘at.
⚠ Jadi, tidak ada îmân tanpa ‘amal shôlih, karena ‘amal shôlih itu adalah bagian dari îmân.
☠ Mirisnya, ada begitu banyak orang yang mengaku-ngaku bertauhîd dan ber‘ilmu, seperti GPK Kokohiyyun itu, namun ternyata Tauhîdnya sangat bermasalah…!
Bermasalah, karena mereka menggadaikan pengabdiannya kepada الله menjadi rasa takut akan kemurkaan para penguasa. Mereka takut kehilangan nikmat keamanan, takut akan kehilangan taman pengajiannya sehingga mereka membiarkan kesyirikan berlangsung dengan alasan penguasa membiarkannya, sedangkan jika mereka berlaku keras terhadap pelaku kesyirikan itu, mereka justru beralasan takutnya penguasa malah akan memihak kepada pelaku kesyirikan.
نَعُوْذُبِاللهِ مِنْ ذَلِكَ
Pemahaman rusak macam apa itu…???
GPK Kokohiyyun itu mengaku-ngaku bertauhîd, tetapi malah permisif sekali terhadap kesyirikan, toleran sekali terhadap para penista Islâm…!
Lebih buruknya lagi, mereka malah menyinyir kepada eksponen Ummat Islâm yang bergerak menentang dan melakukan aksi terhadap kesyirikan.
Sebaliknya, GPK Kokohiyyun itu keras sekali terhadap masalah semacam Qunût Shubuh, Tahlilan, Yasinan, Mauludan, jabat tangan selepas salam dalam sholât, dlsb.
Padahal, pokok dalam agama ini adalah Tauhîd, sedangkan Tauhîd itu menuntut orang yang mengaku bertauhîd itu melakukan ‘amal shôlih. Adapun ‘amal shôlih itu bukanlah sekedar banyaknya buku yang dibaca dan banyaknya hafalan, tetapi perbuatan riil dari anggota badan dan sikap.
Sungguh mengerikan fitnah ‘aqidah rusak mutant hybrid abominasi "murji-ah ma‘al hukkâm, khowârij ma‘ad du‘ât" yang diusung oleh GPK Kokohiyyun itu.
❤ Kita berdo'a:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ وَإِذَا أَرَدْتَ بِعِبَادِكَ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِى إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ
{allôhumma innî as-aluka fi‘lal-khoyrôt wa tarkal-munkarôt wa hubbâl-masâkîn wa idzâ arodta bi-‘ibâdika fitnatan fâqbidhnî ilayka ghoyro maftûn}
(arti) “Wahai Allôh, saya memohon kepada-Mu taufiq untuk bisa meng‘amalkan semua kebaikan, meninggalkan semua kemungkaran, dan bisa mencintai orang-orang miskin. Jika Engkau menghendaki untuk menimpakan ujian (fitnah) bagi hamba-hamba-Mu, maka wafatkanlah saya tanpa terkena fitnah itu.”
نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ
Arsyad Syahrial
6 jam ·
#Arsyad Syahrial