Lagi-lagi bukti keras kesesatan ‘aqidah "murji-ah ma‘al hukkâm, khowârij ma‘ad du‘ât" dari GPK Kokohiyyun.
Semua bukti di bawah masih berkenaan dengan kasus penistaan kalimat Tauhîd.
Bukti 1⃣ [lihat: Screenshot #1]
Kata oknum GPK Kokohiyyun ini, Tauhîd itu untuk dipelajari, di‘amalkan, dan dida‘wahkan.
Tetapi ketika kalimat Tauhîd dinistakan, Ummat Islâm tidak boleh ikut-ikutan latah seperti "anjing-anjing Neraka" katanya.
Heylooo…?!?!
Coba dipikir pakai akal sehat dan nurani yang lurus ya?
Jikalau Ummat Islâm tidak bergerak, tidak bikin ribut di socmed, memangnya para penista Islâm itu ujug-ujug akan diproses apa…???
Dulu kalau tidak ada Aksi Bela Islâm, memangnya itu si kâfir penista Kitâbullôh itu akan diproses, diadili, dan divonis apa…???
Tauhîd itu harus di‘amalkan, sedangkan peng‘amalannya yang tertinggi adalah jihâd amar ma‘rûf nahyi munkar!
☠ Ini bukti kemurji-ahannya GPK Kokohiyyun, bahwa îmân cukup hanya pengetahuan di dalam hati belaka.
Bukti 2⃣ [lihat: Screenshot #2]
Ketika disodorkan fakta bahwa GPK Kokohiyyun itu malah lembut kepada para penista Islâm dan bersikap keras kepada Ummat Islâm yang menuntut para penista diproses hukum… eh malah sok berdalîl bahwa Nabî Mûsâ عليه الصلاة والسلام diperintahkan berlaku lemah-lembut kepada Fir‘aun dan malah menjambak jenggot Nabî Harûn عليه السلام.
Heylooo…?!?!
Itu Nabî Mûsâ memang diperintahkan untuk mendatangi Fir‘aun dan berbicara baik-baik.
Kenapa?
Ya iya lah, karena itu adalah pertama kali Nabî Mûsâ datang setelah bertahun-tahun pergi ke Madyan, dan datang kembali kepada Fir‘aun menda‘wahinya pertama kali.
Masa ujug-ujug datang setelah bertahun-tahun pergi terus bilang kopar-kapir ke Fir‘aun gitu…???
Please deh…?!?!
Lalu kenapa Nabî Mûsâ menjambak jenggot Nabî Harûn?
Ceritanya setelah 40 hari naik ke Bukit Thursina untuk menjemput wahyu, setelah kembali tiba-tiba didapatinya ummatnya malah menyembah sapi emas buatannya Samiri…!
Ya iyalah dijambak jenggot Nabî Harûn, secara Nabî Harûn yang dititipin untuk memimpin ummat gitu loh?
Wajar Nabî Mûsâ marah mendapati keadaan yang demikian dan kemudian meminta pertanggungjawabannya Nabî Harûn.
Duuuh… memahami kisah dalam al-Qur-ân saja gagal paham. Tapi berani berfatwa sana-sini.
☠ Benar-benar luar biasa rusak akal dan pemahaman mad‘u hasil didikan ngustad-ngustad GPK Kokohiyyun itu.
Bukti 3️⃣️ [lihat: Screenshot #3]
Malah sok-sok iye mendo'akan hidayah kepada para penista Islâm, bahkan dengan konyolnya mengutip hadîts mulia Muslim mendo'akan saudara Muslimnya secara diam-diam…!
Heylooo…?!?!
Betapa banyak dalîl yang datang dengan bunyi la‘nat terhadap orang kâfir dan penista agama, kok ya malah menafikan itu?
Lagian, memangnya para penista agama, pengolok-olok syari‘at itu adalah saudara seîmân apa…???
☠ Sungguh kroco-kroco GPK Kokohiyyun ini telah menempatkan diri mereka lebih baik dari para Nabiyullôh ketika para Nabiyullôh marah agama dinista, eh malah mereka mendo'akan para penista dan pengolok-olok tersebut…! – نَعُوْذُبِاللهِ مِنْ ذَلِكَ
❓ Adapun pertanyaannya bagi kita, Ummat Islâm, adalah: apakah masih mau merujuk perkara agama kepada GPK Kokohiyyun itu?
Satu pertanyaan lagi, kenapa GPK Kokohiyyun itu tidak bisa bersikap lemah lembut kepada Ust Abdul Somad, Ust Adi Hidayat, Ust Hanan Attaki, Ust Oemar Mita, Ust Felix Siaw, Ust Zulkifli M Ali? Coba ya kalau GPK Kokohiyyun itu bisa memberikan "kelembutan" yang mereka berikan kepada para penista dan pengolok-olok itu kepada UAS, UAH, UHA, UOM, UFS, dan UZMA?
▪ IQ itu given, stupid itu pilihan.
نسأل الله السلامة والعافية
#Arsyad Syahrial