Dari sekian banyak komentar yang muncul sejak dulu yang saya baca, ketika kita mengkritik ustadz atau komunitas yang pernah kita berada di dalamnya, lalu kita dikatakan sebagai barisan sakit hati. Seakan tak ada lagi argumentasi yang lebih berbobot untuk menyusun untaian kata-kata lagi.
Benarkah sakit hati? YA, BENAR!
Sakit hati sebab melihat aplikasinya tak seindah yang disampaikan di kajian-kajian.
Jangan berpikir manusia yang mengklaim berada di atas jalan yang selamat itu lisan dan perbuatannya akan selalu selamat. Jangan berpikir pula semua yang disampaikannya itu benar dan tak boleh dikritik sama sekali. Al-Qur'ān dan Hadīts tidak salah. Tapi cara memahami keduanya atau cara berdalil dengan keduanya bisa saja salah. Sebab Anda manusia yang tak ma'shum. Jadi wajar saja akan selalu ada kritik. Itu menunjukkan ustadzmu bukan Nabi dan kelompokmu tidak ma'shum.
Apakah menggeneralisir? Tentu tidak. Sebab saya yakin masih banyak ustadz dan jama'ah yang lebih dewasa, berakhlak baik, lembut tutur katanya, matang sikapnya, berhati-hati dalam menyampaikan dakwah, mengedepankan baik sangka, tidak mudah memvonis, mudah berlapang dada dalam perbedaan, mudah menjalin ukhuwwah Islamiyyah, dan seterusnya.
Jadi, jelas yang saya kritik adalah oknum-oknum tertentu, yang saya nilai belum dapat menjiwai ajaran salafush shalih sesungguhnya. Yang sayangnya jumlahnya makin banyak. Mungkin perlu ada daur ulang cara pengajaran yang lebih baik lagi ke depan. Agar menghasilkan umat yang lebih berkualitas, berkarakter, dewasa, berbudi luhur, berlisan lembut, berlapang dada dalam perbedaan pendapat, dan mencintai persaudaraan sesama kaum mukminin layaknya kaum salafush shalih terdahulu. Semoga saja.
Robi Maulana Saifullah
9 September pukul 23.05 ·
#Robi Maulana Saifullah