Alhamdulillah di SMA kami mengkhatamkan al-Iqnā' milik al-Khathīb asy-Syirbīniy. Dulu saya bercita-cita suatu hari akan menyusun buku berjudul "Syurb asy-Syāi bi an-Ni'nā' fī Takhrīj Ahādīts al-Iqnā'" :D . Ilmu-ilmu pendukung pun turut diajarkan, termasuk manthiq dan balaghah.
Indah sekali mengenang masa-masa berkawan dan berdiskusi dengan para pelajar Afrika yang mayoritasnya bermazhab Maliki, para pelajar Hanafi dari wilayah India dan sekitarnya, juga para pelajar dari sebagian negara Teluk yang bermazhab Hanbali, begitu pula dengan guru-guru bidang studi yang berbeda mazhab. Tak ada sama sekali friksi dan perpecahan di antara para pelajar. Seluruhnya bergandengan tangan.
Mazhab-mazhab fikih adalah seumpama bangunan-bangunan megah lengkap dengan berbagai ornamen yang menghiasinya. Di setiap mazhab ada segudang intelektual dalam ragam disiplin, mulai dari tafsir, hadis, hingga ilmu-ilmu linguistik.
Memasuki jenjang kuliah metode pembelajaran tadi tetap berlanjut. setiap mahasiswa diwajibkan memilih satu mazhab. Namun di level ini mahasiswa juga diajari fikih komparatif antara berbagai mazhab. Di titik inilah kami mulai diajarkan untuk menelaah khazanah fikih Islam dalam lingkup ASWAJA dan dilatih memilih pendapat yang diyakini paling mendekati kebenaran agar pada akhirnya hanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang dijadikan sebagai suri tauladan dalam makna sebenarnya.
Semoga kita semua mendapat syafaat Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam di hari kiamat.
Alee Massaid
4 Juni pukul 22.01 ·
#Alee Massaid