UNTUKMU YANG MUDAH MENGKHAWARIJKAN
Miris sekali melihat fenomena akhir-akhir ini. Dimana ulama yang berjuang meneggakkan amar ma'ruf nahi munkar sering dicap khawarij. Hanya karena ulama dan umat berani mengkritik secara terbuka.
Saya akan mencoba membedah masalah ini dengan pisau sejarah. Agar siapapun yang menyimaknya khususnya anak-anak muda yang minim data, yang telah dicekoki dalil yang bisa saja dipelintir, memahami bahwa hadits-hadits perintah untuk patuh kepada penguasa itu tidak seperti yang mereka pahami. Bungkam diam, lalu jika ada yang bersuara disamakan dengan pemberontak yang halal darahnya !
Karena sejarah menghadirkan dengan jujur bagaimana sikap para ulama ketika melihat kedzaliman penguasa. Ada yang menasehati dengan lembut, ada yang keras terbuka, bahkan ketika kedzaliman itu semakin pekat, sebagian ulama memilih untuk angkat senjata.
Simak saja, dan yang pasti mereka rahimahumullah dengan segala perbedaannya lebih tahu tentang Qur'an dan hadits dari pada kita, bahkan dari seluruh guru-guru kita hari ini.
Sebelum saya menulis tentang bab ini, terlebih dahulu saya akan muqadimahi dengan mengenal sosok tokoh yang nanti akan banyak kita sebut dalam bahasan.
Adalah al imam Sa'id bin Jubair rahimahullah, seorang ulama tabi'in terkemuka yang sebenarnya sangat tak asing bagi kebanyakan orang islam, terlebih bagi para penuntut ilmu.
Tak terhitung banyaknya sanjungan dan pujian ulama kepada beliau. Baik dari sisi ilmu, akhlaq, ibadah dan perjuangannya untuk agama ini. Yang itu menunjukkan bahwa beliau bukanlah ulama sembarangan. Ilmu beliau terbukti menjadi rujukan ulama dan kaum muslimin sepanjang sejarah Islam dulu hingga hari ini.
Dan seluruh ulama sepakat tanpa khilaf di Timur dan Barat, bahwa beliau rahimahullah adalah imamnya para imam ahlusunnah wal Jama'ah.
Tentang beliau, berkata Ibu Umar radhiyallahu'anhuma : "Datanglah kepada Sa’id bin Jubeir, karena dia lebih tahu tentang hisab daripada aku. Dia akan melakukan pembagian waris sebagaimana yang telah ditetapkan."
Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma jika didatangi penduduk Kuffah untuk meminta fatwa, maka beliau berkata : "Kenapa bertanya kepada saya ? Bukankah di tengah-tengah kalian ada Sa'id bin Jubeir ?"
Imam Ali al Madini berkata : "Tidak ada murid ibnu Abbas yang seperti Sa'id bin Jubeir. Ada yang bertanya 'Bagaimana dengan Thawus ?' Beliau berkata 'Tidak dengan Thawus dan juga yang lainnya."
Imam Thabrani berkata : “Beliau adalah seorang yang tsiqah, imam dan hujjah kaum muslimin.”
Imam an Nakha'i berkata : "Sa'id bin Jubeir meninggal, dan ia tidak meninggalkan orang yang semisalnya."
Imam Khusaif berkata : "Orang yang paling tahu tentang al-Qur’an diantara tabi’in adalah Mujahid, yang paling tahu tentang haji adalah Atha’, yang paling tahu tentang halal dan haram adalah Thawus, yang paling tahu tentang bab cerai adalah Sa’id bin Musayyab, dan yang menghimpun semua ilmu itu adalah Sa’id bin Jubeir.”
Abdullah bin Muslim berkata : "Aku tidak pernah melihatnya shalat melainkan seakan-akan dia adalah pasak (karena lama dan khusyu'nya).”
Bersambung...
Ahmad Syahrin Thoriq
22 Desember 2020·