Diantara nikmat dari sekian nikmat besar yang selalu saya syukuri adalah, tidak tersanderanya diri dengan kepentingan kelompok manapun, apalagi kaitannya dengan hutang jasa.
Saya merasa bebas menyampaikan apapun yang saya rasa baik, benar dan mendatangkan kemaslahatan bagi saya pribadi dan umat Muhammad yang saya cintai.
Karena sikap "bebas" tersebut, saya ditinggalkan oleh mereka yang mencurigai saya tidak loyal kepada golongan dan kelompoknya, bahkan dianggap benci dan antipati. Lalu dituduh abu-abu, tidak kokoh, manhaj gado-gado, bunglon atau tukang cari aman.
Terkadang saya dicap memusuhi NU, ketika dianggap melontarkan kritik ke tokoh Nahdhiyin.
Adakala sebaliknya, saya di stempel sebagai musuh Muhamadiyah, karena pendukung qunut, tahlil dan mengajar kejumudan madzab.
Sayapun pernah dianggap musuh "sunnah", ketika menjawab dan mengkoreksi oknum dari kalangan yang terkadang merasa paling berhak mengkapling sunnah.
Saya dikatakan anti dakwah tabligh ketika tulisan saya terindikasi mengkoreksi kekeliruan oknum da'i dan mubalighnya.
Saya dianggap Asy'iroh tulen yang anti aqidah salaf, karena membela madzab terbesar aqidah umat ini saat dituduh sebagai madzab sesat.
Atau tak jarang dituduh pembela bid'ah karena menangkis vonis sesat atas amaliyah umat yang sebenarnya masih di ranah khilafiyah.
Dan berbagai ragam tudingan lain yang tak terhitung jumlahnya. Dari kelompok yang berbeda, hanya karena saya dianggap tidak loyal dengan satu gerakan dan kelompok tertentu.
Padahal saya mencintai NU, Muhamdiyah, salafi, tabligh, tarbiyah dan semua gerakan umat ini bagaimanapun dan seperti apapun bentuknya.
Saya pun berupaya tetap menjaga adab dan nama baik pihak manapun yang saya kritik selama bukan orang fasik, karena focus saya adalah pada perbaikan, bukan menjatuhkan.
Bagaimana saya akan anti kepada NU, sedangkan saya lahir dan besar bersama NU, lalu keanggotaan saya di MUI juga lewat jalan nahdhiyin ?
Bagaimana saya bisa anti Muhamadiyah sedangkan saya selalu terlibat dalam majelis tarjih ?
Bagaimana saya disebut anti tabligh sedangkan saya pembina para ahbabnya ?
Bagaimana saya akan anti tarbiyah, sedangkan saya duduk di gerakan tarbiyah di dewan syariahnya ?
Bagaimana saya bisa anti amar makruf nahi munkar dan penegakkan syariah, sedangkan saya duduk sebagai pembina gerakan ini ?
Bagaimana mungkin saya benci dakwah salafiyah, sedangkan saya selalu terlibat dalam dakwah bersama teman-teman salafi yang hanif ?
Dan diatas itu semua, saya memang mencintai semua organisasi umat, tapi Islam lebih saya cintai ...
Ahmad Syahrin Thoriq
22 jam ·
#Ahmad Syahrin Thoriq