Zainal Arifin (Independen)
ig: @zainal.purwakarta
Bismillah..
Banyak yg menanyakan kepada saya, kenapa sih bapak mendukung calon no 02. Padahal kalau bapak perpegangan pada agama, justru paslon no 01 mestinya lebih Islami dibanding paslon 02. Lihat saja, kan pak Jokowi lebih baik ibadahnya dibanding pak Prabowo. Dia melaksanakan shalat, puasa, bisa mengaji bahkan bisa menjadi imam shalat, kalau pak Prabowo kan ngga bisa. Apalagi kalau melihat calon wakil presidennya, tentu pak KH Makruf Amin jauh mumpuni dalam hal agama, siapa yg masih meragukan ke Islaman beliau?
Kenapa kok bapak seorang ustadz malah memilih pasangan 02 ? 😊
Begini ya saudaraku..
Berat memang utk bisa menjelaskan hal ini. Semula saya tidak akan menyampaikan alasan keputusan politik saya ini, karena dikhawatirkan salah memahamkannya. Jujur, sampai detik ini (H-8) saya belum berani menyampaikan alasan politik saya, baik melalui medsos maupun langsung bahkan ke saudara kandung sekalipun. Namun saat ini saya anggap perlu, setidaknya sahabat dan saudara mengetahui bahwa keputusan politik saya ini bukan ikut2an semata apalagi taklid buta, melainkan berdasarkan tabayun dg orang2 soleh dan literasi2 terpercaya serta pengalaman nyata yang dianalisis dengan kenyataan selama 4,5 tahun kepemimpinan pak Jokowi.
Saya mohon siapapun yg membaca tulisan saya ini memberikan hati yg ikhlas dan menganggap ini adalah hasanah keilmuan dan niatan baik dari seorang anak bangsa untuk agama bangsa dan negaranya. Jauhkan dari pemahaman ujaran kebencian apalagi memecah belah anak bangsa.
Politik ini sesuatu yg sangat dinamis, berubah begitu cepat dan banyak penyesuaian2 sesuai kepentingan, disajikan begitu rapi dan menarik dg sentuhan "kosmetik politik", bahkan tampil bermuka banyak dengan tujuan utama "memenangkan kekuasaan", apapun harus dilaksanakan, bahkan pembohongan, kekerasan, kecurangan dg menebar fitnah adu domba bahkan mengorbankan agamapun tetap dilaksanakan, yang terpenting adalah kemenangan.
Sehingga bagi saya dalam menentukan keputusan politik harus dilandasi dg refrensi yg kuat dan nalar, jangan sampai terbius dan terperdaya oleh kosmetik politik belaka.
Izinkan saya menyampaikan pengalaman pribadi tentang perjalanan saya dan isteri saat berlibur ke cina, yg terus terang hal inilah yg sangat mendasar dan menjadikan salah satu pegangan kuat tentang pilihan politik saya.
Semoga menjadi bahan renungan dan muhasabah bagi kita. Jangan khawatir, bagi sahabat dan saudaraku yg masih memegang pilhan 01 ngga masalah, tetaplah istiqomah dg pilihannya. Hanya sisipkan sedikit waktu untuk membaca tulisan ini sampai dengan selesai, agar tidak salah faham.
Oya, mohon dibedakan kalau saya menyebut "orang cina", maksunya orang2 cina-tiongkok, bukan orang cina keturunan yg sudah menjadi warga negara Indonesia.
Begini sahabat, sebelumnya saya adalah orang yg sangat memuji tentang cina seperti kebanyakan orang-orang Indonesia pada umumnya terutama pendukung no 01. Orang2 terampil cina sangat luarbiasa didukung etos kerja dan upah yg sangat rendah dibanding tenaga kerja dunia. Sehingga saya sangat apresiate jika Indonesia melakukan kerjasama yg setara dan saling memuliakan dg cina.
Tapi pandangan positif terhadap cina tsb semua hilang seketika bahkan terbalik menjadi kehati2an thdp cina saat saya dan isteri jalan2 ke cina selama 2minggu sekitar tahun 2014 disaat pak Jokowi terpilih jadi presiden RI.
Oya ternyata kita berangkat ke cina dlm waktu yg hampir bersamaan dg pak Jokowi, hanya beda klas saja, beliau kunjungan sebagai Presiden dan saya sebagai pasangan yg sedang berhoneymoonan..😍😊.
Seingat saya kunjungan beliau adalah kunjungan kenegaraan pertama setelah dilantik presiden, pada acara APEC yg ke 24, tahun 2014 di Beijjng.
Pengalaman yg saya dapatkan saat itu:
1. Ternyata kedatangan pak Jokowi ke cina saat itu disambut besar2an oleh pemerintah dan rakyat cina, jauh lebih istimewa dibanding kepala negara lainnya.
Saya sangat bangga atas penyambutan terhadap presiden Jokowi tsb, tetapi ada rasa penasaranan yg sangat lebih, ada apa dan kenapa? Maka saya tanyakan hal tsb ke tour-guide yg kebetulan orang cina asli (beijing) tapi bisa bahasa indonesia.
"Kenapa sebegitu meriahnya pemerintah dan rakyat cina menyambut kedatangan pak
Jokowi?"
Jawab tour-guide dapat saya ringkas di bawah ini:
a. Pemerintah dan masyarakat cina bersukacita atas kemenangan pak Jokowi dalam Pilpres 2014 terhadap pak Prabowo
Jokowi dan timnya dianggap oleh cina (maksudnya pemerintah dan rakyat cina), pemimpin yg bisa membawa hubungan Indonesia-cina jauh lebih baik, dan mereka menganggap dengan kemenangan ini akan banyak proyek2 insfrastruktur cina yg bisa diimplementasikan di Indonesia, sehingga menjadi lapangan baru dan besar bagi rakyat cina. (jalan tol, tol laut, kereta cepat, bendungan, dll).
b. Cina menganggap Indonesia dibawah rezim Jokowi akan bergeser totalitas dari negara religi menjadi negara sekuler. Mereka menganggap Jokowi seperti pahlawan Kamal Attarturk yg telah menyelamatkan peradaban Turki, dari negara religi menjadi negara sekuler. Innalilllahi..ternyata mereka menyamakan Jokowi seperti Kamal Attarturk.
Narasi pemikiran kita, khususnya umat Islam, bahwa peradaban Islam di Turki digerus dan dihabisi oleh sekulerisme rezim Kamal Attarturk. Dan ternyata cina berpandangan sebaliknya..Kamal Attarturk dianggap sebagai pahlawan peradaban Turki dan Jokowi dianggap sama bisa membawa Indonesia menjadi negara maju dg harus merubah religi menjadi sekuler. Astaghfirulloh..
2. Di kawasan wisata pengobatan, saya kaget melihat disalah satu gedung di depannya dipampang photo presiden2 RI, dan yg membuat pertanyaan besar dalam benak saya adalah tidak semua photo presiden RI dipampang disana, hanya Soekarno, Gusdur (tapi potonya agak di byurkan, sengaja tidak dibuat jelas), Megawati dan yg terakhir Jokowi. Aneh sekali pak Soeharto, Habbibi dan SBY tidak ada potonya. Saya tanya ke tour guide, ternyata nama2 presiden RI yg di besar2kan di cina hanya Soekarno, Megawati dan Jokowi, yang lainnya tidak, apalagi dg pak Soeharto mereka sangat alergi sekali..LUARBIASA!
3. Ternyata cina adalah satu2nya negara komunis masif (beda dg komunis uni soviet, masih memberi kebebasan Islam berkembang). Jangan harap Islam bisa berkembang di cina, karena kehidupan beragama betul2 dikekang, terutama Islam. Saya sangat kaget tatkala menanyakan ke tour-guide, ternyata memang aturan pemerintah demikian, agama tidak boleh berkembang, bahkan adzan saja dilarang utk dikumandangkan. Astaghfirulloh..
4. Akhlak mereka banyak yg rusak, tidak ada lagi diantara mereka yg percaya dengan hukum karma (hukum setelah kematian). Makanya pembohongan di cina terhadap turis2 yg datang ke cina banyak terjadi (silahkan cek di google) dan anehnya oknum yg melakukan pembohongan dibiarkan saja oleh pemerintahan cina. Untuk hal ini saya dan isteripun menjadi korban kebohongan yg menyebabkan kerugian puluhan juta rupiah. Prinsip mereka yg penting untung, dosa itu nomer berapa, bahkan tidak ada dalam kamus hidup dan bisnis mereka.
Dari pengalaman saya diatas, dengan membandingkan pemerintahan Jokowi selama ini, ternyata pengalaman di atas banyak terjadi di 4,5 tahun kemarin. Kerjasama Indonesia dengan cina begitu besar dan masifnya, semua proyek2 infrastruktur yg besar dan vital semua dikerjakan cina. Bahkan dalam perkereta apian kita melihat ada nama KAIC_Kereta Api Indonesia-Cina. Yang sangat menjadi pertanyaan dan kekhawatiran saya terhadap kerjasama dg cina yg kebablasan ini, sedikit banyak, lambat laun, kebudayaan dan kebiasaan para tenaga kerja cina akan mambaur masuk kedalam pola hidup masyarakat setempat, bahkan mau tidak mau akan merusak dan menggesernya. Kebijakan Tenaga Kerja Asing (TKA) pada pemerintahan sebelumnya dibatasi dg peraturan yg smart, dimana TKA yg boleh masuk ke Indonesia adalah hanya yg memiliki skill dan keahlian khusus, tidak boleh tenaga kasar, selain itu 1 orang TKA harus didampingi tenaga Indonesia sebanyak 10-20orang. Peraturan yg bagus ini hilang di rezim pak Jokowi, sehingga tenaga2 kasar dari cina dengan mudahnya masuk ke Indonesia mengerjakan pekerjaan yg semestinya bisa dikerjakan oleh pekerja bangsa sendiri. Ohya, saat ini bank-bank cina sudah banyak yg beroperasi di Indonesia untuk memberikan pembiayaan proyek2nya, termasuk di Yogyakarta, berlokasi di jln Sudirman sudah ada 2 bank dari cina dengan tulisanyapun menggunakan tulisan cina.
Dalam hal keberpihakan terhadap umat Islam. Pemerintahan Jokowi bisa dikatakan tidak pro umat Islam. Hal ini sangat nampak dengan sikap dan kebijakan rezim saat umat Islam melaksanakan gerakan moral 212. Bahkan gerakan moral ini diputarbalikan oleh kekuasaan sebagai tindakan yang kurang baik. Diboncengi politiklah, disetir oleh orang2 yg ingin menggulingkan pemerintahanlah, segudang perlemahan2 dilakukan oleh rezim pada kekuatan umat Islam melalui gerakan moral 212.
Semestinya pak Jokowi dapat merangkul dengan kebapaannya sbg Presiden, mendengar, mendiskusikan serta merumuskan bersama jajaran kabinetnya dalam merealisasikan keinginan serta masukan umat Islam melalui para ulama. Jangan malah melakukan penetrasi bahkan pengkriminalisasian para ulama. InsyaAllah masukan umat Islam tidak ada yg jelek dan bertentangan dangan bangsa dan negara kita, semua adalah dalam rangka menjaga NKRI, memperkuat Pancasila, mewujudkan negara yg berkeadilan, menjaga persatuan dan kesatuan.
Semestinya saat itu pak Jokowi bersikap seperti saat ini. Umat Islam menjadi target utama dalam pencapaian suara, bahkan utk mendapatkan itu 'citra Islam" begitu melekat dalam tindak tanduknya, bahkan penentuan seorang wakil presiden yg akan mendampinginya dipilih (walau tanpa rencana, dadakan karena kepanikan melihat politik umat Islam yg mulai bangun) seorang ketua MUI yang dianggap bisa mewakili magnet kuat utk meraih suara umat Islam dalam memepertahankan kekuasaanya.
Fakta-fakta yg nampak saat ini, ternyata sangat kuat korelasinya dengan pengalaman yg saya sampaikan di atas, maka rasanya sangat berat bagi saya dan isteri untuk memilih pak Jokowi dalam pilpres saat ini. Bahkan saat ini bisa menjadi wajib hukumnya bagi saya untuk ada di kubu 02, walau secara kepribadian calon presidennya (baik pak Jokowi maupun pak Prabowo) ya hampir sama, keduanya orang baik dan memiliki ilmu keagamaan standar/rata-rata. Hanya saja saya melihat kekuatan yang mensupport dibelakang capres 01 adalah kekuatan yang banyak berafiliasi dengan kekuatan cina.
Sepintas tidak berlebihan, jika ada yg mengatakan apabila rezim saat ini lanjut, siap2lah budaya yg berbasis religi smakin terkikis di nusantara ini, siap2lah sekularisme dan liberalisme akan tumbuh seperti di Turki saat kepemimpinan Kamal Attarturk.
Mohon maaf saudaraku, demikian pemahaman politik yang saya pegang yg didasari pengalaman dan literasi2 yg dapat dipertanggungjawabkan.
Semoga tatanan kehidupan beragama terutama agama Islam dapat terpelihara di nusantara ini dan terus berkembang menjadi benteng penjaga NKRI dan martabat bangsa dan negara..Aamiin yra.
Radikalisme, intoleransi, penghujat kebencian, tidak pancasilais, istilah kafir, semua itu jelas sebagai usaha terstruktur untuk mem-FRAMING rakyat Indonesia agar tidak lagi membawa agama dalam politik, yg sangat nyata di buat oleh orang2 yg tidak mau menerima keberkahan agama dalam pemerintahan berbangsa dan bernegara.
Wallahu'alam bisshowab..
Salam Penuh Berkah.
#muhasabah
#kehati2an
#Indonesiaberkah
#Indonesiamenang
#wajibberpihak
Tjahja Gunawan
12 April pukul 10.09 ·
#Indah Fitriani