Tidak Mengakui Pancasila

Tidak Mengakui Pancasila - Kajian Medina
Tidak Mengakui Pancasila

Syarat bebasnya Ba'asyir itu harus mengakui Pancasila. Padahal menurut pandangannya, sejak awal Pancasila itu kafir. Boleh dibilang, memang 'jualannya' tokoh satu ini justru pada keanti-pancasila-anya. Lha, sekarang kalau mau bebas kudu mengakui dulu. Maka ini jadi teka-teki mana duluan telur dari ayam.

Dulu zaman masih SMA, saya kenal penceramah muda yang anti Pancasila. Namanya Tony Ardi. Kalau ngapir-ngapirin pemerintah memang fasih banget. Terus ditangkap dan akhirnya kalau mau bebas disuruh bikin karya tulis tentang Pancasila. Singkatnya dia nyerah dan bikin karya tulis yang intinya mengakui Pancasila. Terus dia dibebaskan dan ceramahnya berubah tidak lagi mempertentangkan Islam dengan Pancasila.

Jadi saya melihat ada dua tipe khas. Pertama, mereka anti Pancasila dan memposisikan Pancasila itu lawan dari Islam. Tokohnya model-model Ba'asyir itu. Kedua, mereka yang menerima Pancasila dan tidak mempertentangkan dengan Islam.

Zaman awal pra tarbiyahan di tahun 80-an, saya dan teman-teman sempat juga dikader menjadi anak remaja masjid yang anti Pancasila. Ustadz Rahmat Abdullah almarhum tiap malam Senin terus memompakan semangat anti toghut, anti rezim dan anti Pancasila tentunya. Hasilnya kita di rumah langsung haramkan gambar Garuda, apalagi foto Presiden. Semua diturunkan. Sampai seragam batik KORPRI ikut haram.

Yah begitulah. Namanya anak muda, disulut-sulut, dibakar-bakar. Jelas menyala dan berkobar-kobar.

Masuk zaman tarbiyahan, perliqoan, ngaji halaqoh-halaqoh, mulai tensinya anti togut sedikit menurun. Tapi masih tetap anti Pancasila, tapi taqiyah. Pura-pura setuju tapi dalam hati tetap anti, minimal nggak suka.

Masuk zaman Partai, berubah lagi. Mulai bergeser lagi aqidahnya. Kali ini Pancasila tidak bertentangan dengan Islam. Pemerintah bukan togut lagi. Wah, ini menarik nih.

Bagaimana mau anti togut, lha wong teman-teman liqo'an saya malah sudah jadi (baca : togut) pemerintah. Tuh ,ada yang jadi menteri, gubernur, bupati, anggota dewan dan seterusnya.

Jadi sejak itu akhirnya materi-materi liqo terkait dengan per-THOGUT-an, satu per satu masuk keranjang sampah. Saya hitung itu sudah sejak reformasi 98, lumayan lama juga.

Sekarang kalau dengar lagi ada orang anti Pancasila, alias tidak mau mengakui Pancasila, memang rada surprais juga. Soalnya sudah agak lama tidak dengar-dengar lagi suara macam itu.

Tapi ketika tahu yang bersikap begitu Ba'asyri, saya langsung paham. Ya memang dia itulah tokoh yang sejak awal kita jadikan panutan dalam urusan anti Pancasila. Meski banyak dari kita yang kemudian berubah haluan di tengah jalan, tetapi kalau sampai sekelas Ba'asyir berubah haluan juga dan mengakui Pancasila, maka ini akan jadi peristiwa besar.

SAya masih ingat betul dulu ketika masih jadi wartawan di eramuslim.com, saya sempat wawancara dengan Ba'asyir seusai ceramah di DDII. Pertayaan saya sempat bikin beliau diam sejenak, karena hampir tidak ada wartawan lain yang menanyakan itu.

"Menurut Antum, presiden (waktu itu SBY) itu muslim apa kafir?". Ba'asyir saat itu agak kadet dan diam sejenak, lalu menjawab pasti,"Kafir".

Saya sebenarnya sudah tahu akan dapat jawaban apa. Saya cuma konfirmasi saja. Dan saya tidak heran dengan jawaban itu, karena memang aliran aqidah tokoh satu ini dekat sekali dengan takfir. Dalam aqidah takfiriyah, siapa saja yang tidak berhukum dengan hukum Allah, maka dia dianggap kafir.

Saya tidak tahu apakah hari ini seorang Ba'asyir akan mengubah aqidahnya, lalu tidak lagi mengkafir-kafirkan kita yang muslim? Saya juga tidak tahu apakah dia akhirnya akan mengakui Pancasila sebagai sesuatu yang tidak bertentangan dengan Islam?

Sebab sepanjang yang saya tahu, dia adalah salah icon yang mengajarkan bahwa Pancasila itu bertentangan dengan Islam. Mari kita saksikan bersama . . .

Ahmad Sarwat, Lc,MA

Ahmad Sarwat
16 jam ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.