Tugas kita kalo ada hukum dari ucapan seorang Mujtahid maka amalkan...
Beda kalo nt udah merasa jadi Mujtahid maka silahkan bermain2 dengan dalil, bagi orang awam seperti kita ucapan Mujtahid adalah dalil, sebagaimana quran dan sunnah adalah dalil bagi para Mujtahid
Dan kewajiban orang awam tanya ke ulama yang dia yakini, kalo dy yakin sama ulama A maka gak ada kewajiban untuk ikut ulama B, karena sebagaimana Mujtahid mengikuti dan melihat dalil mana yang ia yakini, maka orang awam pun demikian mengikuti pendapat ulama yang dia yakini.
----------
Ketika ia telah bertanya ke satu orang ulama maka telah gugur dosanya, sebab telah menunaikan kewajibannya
فاسألوا اهل الذكر ان كنتم لا تعلمون
Dulu ada seorang ustad yang bilang sebab banyak kajian ****** akhirnya jama'ah pengajiannya banyak tanya dalilnya mana? akhirnya saya susah menjawabnya
Sebenarnya ucapan ustadz ini ada benarnya, karena kita yang masih awam ini emang gak perlu tahu dalil dulu pokoknya amalkan ucapan ulama yang kita yakini, kadang pula gak tau dalil dari ucapan ulama yang kita pegang, tapi kita yakini itu yang kuat menurut kita, tapi kalo ditanya kadang kita bingung dalilnya apa aja, kq bisa jadi hukum kayak gini?
Dan rasa2nya di negeri kita belum ada yang sampe hafal 400rb hadits, menghafal para perowi2nya dan memahami bahasa arab dengan kaidah2nya serta memahami ushul fiqh dengan pemahaman yang mendalam semisal udah membaca semua kitab ushul satu madzhab, Wallahu a'lam
Jadi meskipun tittle udah ustadz kibar, kalo masih belum sampe derajat itu sejatinya masih awam dengan tingkat yang berbeda dengan kita
Seperti status anak sekolahan, meskipun udah besar tapi masih duduk di bangku SMA ya mereka masih disebut anak sekolahan meskipun umurnya udah 22 tahun tapi statusnya masih sama seperti anak TK yang juga disebut anak sekolahan
Jadi jangan jadikan ustadz anda sebagai imam yang harus diikuti setiap ucapannya, kalo imam madzhab aja bisa salah apalagi yang cuma sekedar tetesan ilmu imam madzhab?
Setiap orang bebas mengikuti pendapat ulama yang kuat menurut ijtihadnya masing2, sebagaimana anda bebas mengatakan kencing kucing gak najis meskipun menyelisihi jumhur maka kita pun bebas ngikutin pendapat jumhur yang menyelisihi qoul yang anda pegang, bukan begitu?
Masa kalo dipegang ustadz anda meskipun qoul syadz mesti dianggap khilaf, tapi kalo khilaf antara ulama besar kalo gak dipegang ustadz anda kemudian anda bilang bukan khilaf, emang ustadz anda siapa?
Jadi ikut sunnah versi anda sama dengan ikut Sunnah versi kita, bedanya anda merasa sudah jadi Mujtahid yang paling sunnah, kita yang bermadzhab masih tau diri dan merasa tetap jadi orang awam dan merasa semua Ulama Ahlussunnah ikut sunnah
*Tulisan 3 paragraf pertama ana ambil dari Kutaib adab al-mustafti milik Syeikh Dr. Ali sisanya Tambahan dari ana....
Aboud Basyarahil
6 Januari pukul 07.47 ·
#Aboud Basyarahil