Melanjutkan bahasan di status ini: https://www.facebook.com/muhammadabduh.banjary/posts/2186620231665491. Mohon maaf agak panjang, semoga bisa kuat membacanya.
---
Salah satu syubhat yang ada di masa sekarang adalah pemahaman bahwa orang kafir itu bisa lebih baik keadaannya daripada muslim yang bertauhid. Karena itu saya tanyakan, mana yang lebih buruk, muslim bertauhid pelaku riba/zina, atau orang kafir yang dermawan dan baik hati?
Jawaban yang benar tentu adalah, orang kafir lebih buruk keadaannya, meski ia terlihat baik dan dermawan, dibandingkan muslim bertauhid pelaku dosa besar. Para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah sepakat, muslim bertauhid pelaku dosa besar itu "tahta masyiatillah" (sesuai kehendak Allah). Jika Allah kehendaki, ia bisa saja diampuni dan langsung masuk surga. Atau, Allah siksa dulu ia di neraka dalam beberapa waktu, kemudian setelah itu dimasukkan ke surga. Selama masih bertauhid, ia tak akan kekal di neraka.
Sebaliknya, orang kafir, terlihat sebaik apapun ia di dunia, jika ia meninggal dunia dalam keadaan kafir, maka ia kekal di neraka. Menurut sebagian ulama salaf, amal baik orang kafir di dunia bisa saja meringankan sebagian siksanya di neraka. Namun tetap saja ia disiksa dan kekal di neraka. Keadaannya tetap jauh lebih buruk dari muslim yang bertauhid.
Kemaksiatan dan kemunkaran terbesar dan terburuk adalah kekufuran dan kesyirikan, tanpa ada khilaf di kalangan ulama. Dan Allah subhanahu wa ta'ala mengutus para Nabi dan Rasul, utamanya untuk menghilangkan kemunkaran terbesar ini.
Allah ta'ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul bagi tiap umat, (untuk menyerukan) sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (semua sesembahan selain Allah)." (QS. An-Nahl [16]: 36)
---
Sebagian orang yang terkena syubhat menyatakan orang kafir dan orang Islam itu sama saja kedudukannya, dan keduanya sama-sama bisa selamat di kehidupan nanti. Bahkan sebagian mereka, enggan menyebut kata "kafir" untuk orang yang tidak beragama Islam. Padahal perkara yang sangat jelas, ma'lum minad diin bidh dharurah, selain orang Islam adalah orang kafir.
Orang-orang yang seperti ini sudah jelas. Pemikirannya rusak dan merusak, meski mereka menganggap sedang melakukan perbaikan.
Konsekuensi dari keyakinan kita tentang hal ini adalah, jika kita mendakwahi pelaku maksiat dan dosa besar, sebagai bentuk rahmah kita kepada mereka, karena kita khawatir mereka akan celaka di akhirat nanti. Tentu, kekhawatiran itu harus lebih besar pada orang-orang kafir. Pezina dan pelaku riba, selama masih bertauhid, tahta masyiatillah. Sedangkan orang kafir, orang yang tidak beragama Islam, kekal di neraka. Lebih buruk mana keadaannya dan siapa yang lebih layak kita khawatirkan?
Karena itu, meski sebagian orang mengkritik dr. Zakir Naik, karena dianggap lemah ilmu-ilmu keislamannya, namun bagaimanapun beliau telah mengambil lahan maha penting yang banyak kita abaikan sekarang, yaitu berdakwah secara langsung menyampaikan kebenaran Islam dan kebatilan agama-agama selain Islam di hadapan orang-orang kafir tersebut. Ini kontribusi beliau yang luar biasa.
Kita tentu tak harus menjadi dr. Zakir Naik semua, atau berdakwah dan mengambil lahan dakwah yang sama dengan beliau. Setiap orang berbeda potensi dan kecenderungannya. Tak bisa disamakan dan tak perlu disamakan. Namun, semua harus sepakat bahwa lahan dakwah yang digarap oleh dr. Zakir Naik itu sangat penting dan harus terus ada yang menggarapnya. Mendakwahi orang kafir untuk masuk Islam.
---
Ada sebagian da'i yang salah kaprah dalam hal ini. Dia membayangkan bahwa muslim dan orang kafir itu bisa hidup berdampingan, damai selama-lamanya, selama di bawah pemerintahan Islam. Oknum semacam ini menganggap tujuan dakwahnya adalah mendirikan pemerintahan Islam. Sudah itu saja. Sedangkan orang kafir, silakan tetap bebas menjalankan ibadahnya, tanpa harus diajak untuk masuk Islam.
Padahal, pemerintahan Islam dan jihad fi sabilillah, itu wasilah, bukan tujuan. Wasilah untuk memudahkan dakwah Islam, termasuk yang terpenting, mengislamkan orang-orang kafir.
Sebagian fuqaha mewajibkan pemerintahan Islam untuk jihad ofensif secara berkala. Ada yang menyatakan setahun sekali. Al-Qaradhawi mengkritik hal ini, dan menyatakan jihad itu wasilah, agar dakwah Islam bisa masuk ke penjuru dunia. Jika tanpa jihad, dakwah Islam tetap bisa sampai ke berbagai negeri, maka jihad ofensif tak perlu dilakukan.
Al-Qaradhawi jelas tak anti jihad. Beliau hanya menempatkan jihad pada posisinya, sesuai yang beliau pahami. Mungkin debatable. Tapi penjelasan beliau ini memberikan gambaran pada kita. Yang diinginkan Islam itu bukan sekadar tegak negara bernama "negara Islam", atau dilakukan jihad memerangi orang kafir. Islam tidak datang untuk membunuhi orang-orang.
Keduanya adalah wasilah, agar Islam bisa sampai ke setiap orang, tanpa ada pengecualian. Dan kadang, itu tak bisa dilakukan kecuali dengan perang. Sehingga disyariatkan jihad. Indahnya syariat Islam juga akan mudah terlihat, jika ia diamalkan secara nyata dalam setiap aspeknya di kehidupan. Sehingga orang-orang kafir bisa melihat indahnya Islam, dan akhirnya masuk Islam.
Jadi, tujuan terpenting adalah agar setiap manusia berkeyakinan bahwa tiada ilah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah. Bahwa mereka adalah hamba Allah, dan tugasnya di dunia adalah beribadah kepada-Nya. Ini untuk seluruh manusia, tanpa kecuali.
---
Dakwah Islam bertujuan agar semua manusia hanya menyembah Allah ta'ala dan menjauhi semua sesembahan selain Allah. Dakwah Islam bertujuan agar semua orang menjadi muslim. Sehingga semua selamat dunia dan akhirat.
Karena itu, mendakwahi orang-orang kafir agar masuk Islam adalah hal yang sangat penting dan urgen. Ini fardhu kifayah. Harus ada sebagian da'i yang memprioritaskan hal ini. Dan da'i-da'i yang lain memberikan dukungan.
Ini satu hal.
Sedangkan, bahwa Islam itu harus disampaikan dengan dakwah dan pencerahan, bukan dengan paksaan, itu benar, dan itu bahasan lain lagi. Demikian juga, bahwa kita diwajibkan bermuamalah dengan baik terhadap orang-orang kafir yang tidak mengganggu kita, itu juga benar, dan itu bahasan dari sisi lain.
Wallahu a'lam bish shawab.
~ Muhammad Abduh Negara ~
Muhammad Abduh Negara II
21 Desember pukul 11.09 ·
#Muhammad Abduh Negara II
