1. Sikap saya terhadap Maulid Nabi sudah jelas akan kebolehannya. Bisa di cek tulisan sebelumnya dari ke 1-6 ditutup dengan tulisan terakhir tentang Risalah Maulid. Dahulu memang saya anti terhadap Maulid Nabi alias membid'ahkannya. Lalu mengapa sekarang berubah? Jawabannya: Ilmu itu berkembang seiring mau membuka diri, memperluas wawasan, dan bacaan. Disamping pilihan hati juga tentunya. Jika pun Anda tak sepakat, Anda akan bisa bersikap lebih bijak lagi. Sebab ini adalah masalah khilafiyah ijtihadiyyah.
2. Apakah saya ingin menarik simpati orang atau fans? Jawabannya: Demi Allāh tidak sama sekali. Bahkan hal ini berujung tahdzir demi tahdzir, dijauhi kawan, diberhentikan dari pekerjaan mengajar, dan seterusnya. Itu sudah biasa dan sudah terjadi sejak lama. Sebab saya dahulunya bersama kelompok yang membid'ahkan itu. Saya tak dibayar oleh orang yang pro Maulid atau saya pun tak punya banyak teman orang-orang yang pro Maulid. Jangankan itu, jadi penceramah Maulid saja tidak. Semua murni karena pilihan hati. Yang saya cari adalah kenyamanan hati dalam beragama dan bersosial. Berusaha melepas jerat fanatisme meski dibungkus dengan kata-kata indah mengikuti salafush shalih dan seterusnya. Pada kenyataannya, banyak yang fanatisme kelompok atau ustadz.
3. Bila ada yang tetap anti terhadap Maulid Nabi, itu adalah sikapnya dan kita hormati. Sikap tersebut muncul juga bisa karena hasil penelitiannya sebagaimana hasil penelitian orang yang membolehkannya. Berbeda ijtihad itu biasa. Ada pula yang anti Maulid itu karena ikut-ikutan atau lingkungan. Takut ditinggalkan manusia dan seterusnya. Begitu sebaliknya.
4. Sebenarnya kita tidak perlu anti dengan istilah Memperingati Maulid Nabi. Coba dibedah akar katanya, itu dari kata 'ingat'. Artinya mengadakan suatu kegiatan guna mengenang, mengingat, dan memuliakan suatu peristiwa yang terjadi. Memperingati Maulid Nabi itu guna mengingat, mengenang, dan memuliakan Nabi. Berbahagia atas lahirnya Nabi yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Kegiatan tersebut bisa berisi ceramah, kajian, shalawat, makan-makan, dan seterusnya dengan perasaan senang dan bahagia sebagaimana perintah Allāh Ta'ālā.
Dalam al-Qur’an Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ.
Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira”. [QS. Yunus : 58].
Ibnu Abbas radhiyallāhu ‘anhumā menafsirkan ayat ini dengan, “Dengan karunia Allah (yaitu ilmu) dan rahmat-Nya (yaitu Muhammad shallallahu alaihi wa sallam), hendaklah dengan itu mereka bergembira”.
Nb: Tentunya bukan kegiatan yang jauh dari esensinya. Saya pribadi kurang setuju jika kegiatannya jauh dari esensinya untuk berbahagia dengan kelahiran Nabi dan mengingat Nabi.
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
Robi Maulana Saifullah
23 jam ·
#Robi Maulana Saifullah