Sudah Taqdir?

Sudah Taqdir?
*“Sudah Taqdir?”*

Dulu saya pernah simpati sama artis Fulân, karena saya lihat dia cukup agamis.

Tetapi kemaren setelah baca dia ngomong: "Gerakan #2019GantiPresiden melawan taqdir", maka saya langsung miris karena orang itu ternyata cuma tampilannya saja yang agamis, tapi ‘aqidahnya bermasalah…

Begini…

Secara garis besar, ‘ilmu tentang taqdir itu ada 4, yaitu:

(1). Al-‘Ilmu, yaitu bahwa الله Subhânahu wa Ta‘âlâ sudah mengetahui segala sesuatunya sebelum Alam Semesta ini diciptakan.

(2). Al-Kitabah, yaitu bahwa الله Subhânahu wa Ta‘âlâ sudah mencatatkan segala sesuatunya di Lauh al-Mahfuzh (Kitâb Induk Taqdir) sebelum Alam Semesta ini diciptakan.

(3). Al-Masyi‘ah, yaitu bahwa segala sesuatu yang terjadi di Alam Semesta ini terjadi hanya atas kehendak الله Subhânahu wa Ta‘âlâ.

(4). Al-Kholqu, yaitu bahwa segala seuatu yang ada di Alam Semesta ini, yaitu semua makhluk dan semua perbuatan dari makhluk itu, adalah ciptaan الله Subhânahu wa Ta‘âlâ.

‘Ilmu tentang taqdir ini adalah ‘ilmu tingkat tinggi, di mana manusia ketika salah memahaminya, maka bisa jatuh dalam dua ekstrim yang kufur, yaitu:

(a). Jabariyah, yaitu golongan berlebihan dalam menerima taqdir sehingga menganggap bahwa manusia tidak memiliki kehendak dan tidak memiliki pilihan apapun untuk berbuat karena semua serba dipaksakan oleh الله.

(b). Qodariyah, yaitu golongan yang berlebihan dalam menolak taqdir sehingga semua kegiatan makhluk itu sama sekali tidak dicampuri oleh الله dan tidak terjadi atas kehendak-Nya.

Taqdir ini bukanlah untuk kita pikirkan, karena ia ghoib. Memikirkan taqdir kita bagaimana sama saja dengan berusaha memasuki apa yang menjadi domain-Nya Robbul ‘Âlamîn.

☠ Jangan coba-coba, sebab bisa gila…!

Iya bisa gila, bayangkan kalau anda mengajarkan masalah sex dan reproduksi kepada anak anda yang masih kelas 5 SD secara blak-blakan dan apa adanya. Maka kira-kira bagaimana jadinya anak anda itu?

Padahal itu manusia ke manusia, hanya beda umur saja. Sedangkan perkara taqdir ini teramat sangat jauh lebih kompleks lagi, sehingga Malâ-ikat yang dekat dengan الله pun tak tahu detail keseluruhannya.

Pernah nonton filem Indiana Jones – Kingdom of Crystal Skull?

Di bagian akhir filem itu, ceritanya si penjahat perempuan, yang seorang ilmuwan, karena saking serakahnya ia minta hadiah seluruh ‘ilmu pengetahuan yang berhasil dikumpulkan oleh makhluk Alien, lalu diberikan…

Apa jadinya?

Malah jadi gila karena kapasitas otaknya tak sanggup menampung, sehingga akhirnya malah mati mengenaskan.

Orang kuffâr saja tahu keterbatasan akal manusia, sehingga mereka membuat cerita filem seperti itu.

Maka apalagi coba-coba untuk memahami taqdir الله…?

Taqdir itu sudah ada, ia ada di sisi الله dan kita tak tahu bagaimana taqdir kita itu. Maka untuk mendapatkan taqdir yang baik, tentunya kita harus berusaha jadi orang yang baik, dengan mengikut tuntunan syari‘at, dan tentunya berdo'a semoga memang taqdir yang baik itulah yang ditentukan الله bagi kita.

Kalau kita tak berusaha untuk jadi baik, maka takkan mungkin jadi baik.

Ingat…

📌 Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

(arti) _“Sungguh-sungguh Allôh tidak akan merubah keadaan suatu kaum hingga mereka berusaha merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”_ [QS ar-Ro‘d (13) ayat 11].

Maka begitu juga tentang masalah pemimpin ini.

Namrud dan Fir‘aun itu juga bisa naik dan berkuasa jadi raja karena sudah taqdir dari الله. Tetapi apakah itu menghentikan Nabî Ibrôhîm عليه الصلاة والسلام dan Nabî Mûsâ عليه الصلاة والسلام dalam menda‘wahi dan berjuang melawan kebâthilan mereka?

Tidak!

Maka apalagi penguasa-penguasa yang naik melalui system pemilihan umum à la demokrasi ini?

Kita akan ditanya kelak kenapa diam saja à la Jabariyah karena
membiarkan orang yang zhôlim dan banyak berbuat kekufuran terus berkuasa.

Sebaliknya, kita juga akan dimintai pertanggungjawaban kenapa kita berjuang untuk kebaikan tapi kita mengesampingkan الله seperti kaum Qodariyah.

Ingat, kita berjuang itu untuk menegakkan al-haq, amar ma‘rûf nahyi munkar, jadi niyat di dada harus ikhlâsh karena الله.

Sehingga apapun hasilnya, kalah takkan membuat kita jadi arang, dan menang takkan membuat kita jadi jumawa.

Demikian, والله اعلم.

نسأل الله السلامة والعافية

Insyâ’Allôh #2019PresidenBaru

Arsyad Syahrial
5 jam ·

screen shot : 
Sudah Taqdir?

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.