Sedikit Coretan Tentang Teuku Wisnu

Sedikit Coretan Tentang Teuku Wisnu
SEDIKIT CORETAN TENTANG TEUKU WISNU... 
.
Maaf ya, bukan bermaksud ikut ikutan "arus polemik". Tapi ingin menyampaikan "sudut pandang" berbeda. Semoga ada maslahatnya. Amiin.
.
FAKTA: Teuku Wisnu menyampaikan PENDAPAT PRIBADI-nya, di MEDIA PRIBADI-nya, di alam KETERBUKAAN MEDIA ini, bahwa beliau itu respek ke Ust. Abdul Shomad, respek ke Ust. Kholid Basalamah, respek ke Ust. Badru dan seterusnya.
.
PERNYATAAN ini dapat respon ramai di sebagian kalangan. Sampai ada yang berkata, kira kira: "Kamu itu siapa sih? Kamu kan orang baru melek ngaji. Kamu pastinya saat TK gak pernah belajar alif ba' ta' tsa' jim kho'...ya. Kamu ini belum baca Majmu' Fatawa sampai tamat. Kamu juga belum hafal Fathul Bari di luar kepala. Dan pastinya, kamu belum pernah men-takhrij hadits hadits dalam Siyar A'lam Nubala. Iya kan? Ngaku saja deh. Kamu ini masih kuecil, tapi sok sokan berbicara. Kamu bukan siapa siapa, Man. Kamu ini zholim karena tidak ngaca diri. Tidak ngukur kemampuan diri." Begitu kira kira, dengan kalimat agak kami DRAMATISIR.
.
BEBERAPA pendapat kami tentang topik ini:
1. Begini ya, yang dikatakan Saudara TW itu kan SIKAP PRIBADI-nya. Dia tidak sedang berfatwa, juga tidak sedang menjawab masalah agama. Dia hanya menunjukkan sikap saja. Boleh gak sih unjuk sikap ini...? Kalau gak boleh, apa dalilnya? Para ulama membolehkan Ummat MEMILIH MADZHAB di antara Madzhab Empat; itu fakta bahwa bersikap itu mubah.
.
2. Masak iya di zaman keterbukaan informasi ini, orang gak boleh BERSIKAP seperti yang dia inginkan? Aneh kan. Apalagi itu pakai medsos dia sendiri. Kalau Anda melarang orang bersikap di medsosnya, itu ada konsekuensinya:
Pertama, Anda melanggar hukum yang berlaku; juga melanggar HAK KEBEBASAN MEMILIH yang dijamin oleh Syariat.
Kedua, Anda juga harus menutup media media Anda sendiri;
melarang orang, ya lakukan dulu pada diri sendiri; sebab di media Anda itu di sana Anda BUEBAS BAS BAS bersikap seperti maunya Anda sendiri.
Ketiga, Anda harus menyuruh semua kelompok Anda untuk meninggalkan media sosial; larang mereka untuk bersikap, terus sarankan mereka pindah ke Korea Utara di mana di sana orang dilarang bebas bersikap.
.
3. Kan sekarang ini era KETERBUKAAN PENGAJIAN. Ustadz dan ceramah macem apapun ada. Ada ustadz wajib, sunnah, mubah, makruh, sampai haram. (Kyai/ustadz LIBERAL masuk golongan ustadz haram). Media mengakses ceramah juga ada di mana mana, di setiap genggaman tangan. Apa dalam posisi begini, kita bisa membatasi diri dari mendengar ceramah dari luar? Mustahil dan aneh. Pastinya, ceramah itu beragam, seperti halnya penceramah di TV juga beragam. Maka setiap orang bebas untuk memilih apa yang disukainya. Tidak bisa diatur atur agar HANYA SUKA ke ustadz kita.
.
4. Secara Syar'i Saudara TW itu hanya menunjukkan sikapnya; tidak memaksa semua orang, juga tidak nyuruh nyuruh. Hal ini BEBAS dalam agama kita. Tidak ada sesuatu apapun yang dilanggar. Seperti dikatakan, "Lana a'maluna wa lakum a'malukum" (bagi kami amal amal kami, bagimu amal amalmu).
.
5. Kecuali kalau dalam perkataan itu ada fitnah, ada kezholiman, ada penganiayaan; nah itu lain perkara. Seperti Faizal Assegaf saat memfitnah PKS sebagai pendukung terorisme; atau Yahya Staquf ngoceh katanya semua ayat dan hadits HARUS diintepretasi ulang (sesuai hawa nafsu kaum kolonial). Baru dalam hal itu ada masalah berat yang harus diluruskan.
.
6. Ibarat kata, orang zaman sekarang pilih pilih kuliner, model baju, merk kendaraan, judul buku, imam tilawah, dst. pastinya KITA TIDAK BISA MEMAKSAKAN dong. Iya gak sih...
.
Teringat kata kata Umar Ra kepada Amru bin Al Ash Ra: "Apakah kamu ingin menindas manusia, padahal ia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan MERDEKA."
.
Dan apa yang TW katakan itu BUKAN FATWA, BUKAN PENDAPAT AGAMA, juga BUKAN MENJAWAB PERTANYAAN UMMAT. Itu hanya sikap pribadi saja. (Apa kamu tidak punya sikap pribadi...?).
.
Ya saran kami, kalau menilai JANGAN BURU-BURU. Kalau men-judge jangan semena-mena. Kalau menghakimi, jangan terlalu cepat.
.
Semoga bermanfaat. Amiin amiin ya Arhama Rohimin.

Sam Waskito
19 Juni pukul 08.55 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.