.
Ini kisah dari teman, bukan terjadi pada kami. Rada aneh, tapi lucu juga.
.
Suatu hari di kampung tempatnya tinggal (kampung kota, bukan kampung di gunung); ada pembagian RADIO GRATIS.
.
Hebat lho...pembagian radio, bukan bagi bagi kaos, sembako, takjil, atau bagi bagi "produk percobaan". Setidaknya harga masih 150an ribu per unit radio.
.
Tentu saja warga merasa SEGER (senang dan gembira) dapat radio gratis, meskipun dunia media sudah "meroket" sekian jauhnya.
.
Tapi setelah radio dipakai, entah kenapa kok isinya pengajian terus. Dan isi pengajian hanya dari satu STASIUN RADIO saja. Tidak ada pilihan channel lain. Isinya satu thok, ya radio pengajian SATU ITU.
.
Warga yang tadinya SEGER, mulai merasa GERAH (geregetan & resah). "Ono opo iki radione? Kok aneh ngene..." Kalau dia orang Jawa, mungkin akan ngomong begitu.
.
KARENA rasa syukurnya setelah menerima hadiah gratis itu bagus, ada yang sengaja membawa radio tsb ke tukang servis. Siapa tahu memang ada masalah pada radio itu? Dia ingin radio tsb normal lagi, isinya tidak SATU PENGAJIAN saja.
.
SETELAH dicek oleh tukang servis radio secara cermat, didapat satu kesimpulan mengejutkan.
"Ooo ala Pak. Ini sih bukan radionya rusak. Tapi dari sononya channel radionya sengaja dimatikan. Channel hanya dibuka untuk satu stasiun radio saja. Channel lagi gak bisa masuk. Jadi, radio ini khusus untuk dengerin satu channel saja."
.
Ooohh...gitu tho. Pantesan sudah diputer puter ke sana sini, yang keluar radio itu saja.
.
DARI situ warga jadi paham, apa maksud pemberian "radio gratis" itu. "Ada maksud di balik kedermawanan". Itu sih bukan mau memberi, tetapi mau MENGARAHKAN pikiran orang lain sesuai yang diinginkan.
.
Ya bisa dibayangkan bagaimana rasanya, kalau setiap hari harus dengar "pengajian DI BAWAH WAJIB" terus. Yang semula damai, jadi mulai gasak sana gasak sini. Wah, bisa runyam hidup ini. Nas'alullah al 'afiyah.
Sam Waskito
18 Juni pukul 09.58 ·
#Sam Waskito