Dialog Imajiner

Dialog Imajiner
DIALOG IMAJINER

Anggap saja dialog imajiner, meski sebenarnya berawal dari kritikan seseorang di Facebook terhadap status saya tadi soal memilih dalam pemilu.

Dia: Hendaknya engkau banyak belajar lagi dalam mempraktekkan apa yang biasa engkau seru. Engkau biasa menyeru untuk bertoleransi dalam khilafiyah ijtihadiyyah, namun ternyata engkau tidak bertoleransi dalam masalah mencoblos. Bukankah itu perkara ijtihadiyyah?

Saya: Hendaknya engkau pun banyak belajar pula dan banyak berintrospeksi diri pula.

1. Gimana rasanya tidak diajak toleran? Sakitnya tuh di mana šŸ˜? Lagian toleransi itu tidak harus menerima semua pendapat. Kan di sini saya memilih pendapat yang kuat menurut saya. Bahwa mencoblos itu diperbolehkan. Karena itu pendapat mayoritas ulama dan itu lebih meyakinkan saya. Hingga saya ajak mereka untuk mencoblos.

2. Sebaiknya engkau pun banyak-banyak introspeksi. Engkau ingin dalam masalah ini seakan ingin diakui ada khilafiyah ijtihadiyyah. Bahkan mungkin engkau ingin dihargai pilihannya untuk tidak mencoblos. Namun apakah sebaliknya?

Karena justru banyak orang tahu bahwa ustadzmu atau mungkin engkau sendiri seringnya tidak toleransi dalam perkara zhanniyyāt bukan qath'iyyāt. Semisal aksi damai, dst. Apakah ketika aksi damai kemarin engkau bisa bertoleransi ataukah sebaliknya nyinyiran dan semisalnya engkau lancarkan bersama kelompokmu atau ustadzmu.

Atau yang lebih dari itu seperti Isbal, cukur jenggot, maulid nabi, qunut subuh, tawassul bin nabiy, dll. Apakah engkau bisa bertoleransi? Karena saya mendengar pernyataan ustadz-ustadzmu tidak dapat bertoleransi dalam hal itu. Entah mungkin dengan sekarang?

Ada sebuah pribahasa: "Cium tapak tangan, berbau atau tidak."

Artinya, sebelum kita mengkritik orang lain, seharusnya kita mengintrospeksi diri kita terlebih dahulu. Nilai diri kita dahulu, apakah kita sudah pantas untuk mengkritik orang lain. Jika belum maka perbaiki dulu diri kita. Kemudian jika sudah dirasa baik, barulah kita diperbolehkan untuk mengkritik orang lain.

Nb: Tidak perlu diperpanjang dan diperdebatkan lagi. Capek. Cukup sama-sama introspeksi diri saja. Itu lebih baik.

Robi Maulana Saifullah
25 Juni pukul 19.55 ·

Related Posts

Ayo Belajar Islam

"Ayo belajar ilmu fiqih, agar tidak mudah menyalahkan orang dan tidak gampang bilang bid'ah kepada sesama muslim." "Ayo belajar fiqih ihktilaf, agar tidak merasa paling benar sendiri." "Ayo belajar perbandingan mazhab, agar tidak merasa selain kami sesat." (Kajian Medina)

Kajian Medina

Blog Kajian Medina : Cerdaskan Umat Lewat Kajian Khilafiyah, Ikhtilaf dan Ukhuwah oleh Ustadz dan Tokoh Sebagai Pencerahan Menuju Persatuan Islam Ahlus Sunnah Waljamaah.