Antum mantabkan dulu fiqih satu mazhab sampai mahir dan piawai. Baru setelah itu silahkan pelajari mazhab lain sebagai perbandingan.
Orang belajar bahasa asing itu harus kuasai dulu bahasa sendiri. Antum orang Indonesia, ya harus menguasai 100% bahasa Indonesia. Baru setelah itu silahkan belajar bahasa Arab, Inggris, Perancis dan lainnya.
Antum muslim Indonesia kan. Mantabkan dulu fiqih syafi'i sampai matang. S1 itu belum waktunya bicara perbandingan mazhab. S1 itu waktunya memantabkan fiqih secara mendalam, satu mazhab saja dulu.
Kalau sudah Lc dgn kemampuan dasar satu mazhab, baru di paska sarjana antum mulai buka wawasan dengan studi perbandingan mazhab.
Kira-kira seperti itulah arahan Syeikh Hasan Hitou, pendiri Jamiah Al-Imam Asy-Syafi'i kepada saya dan teman-teman Rumah Fiqih Indonesia, saat kami kunjungan kepada beliau.
Masalahnya kami yang kuliah di LIPIA S1 sudah terlanjur belajar 4 mazhab sekaligus. Makanya penguasaan fiqihnya jadi rada-rada kurang matang.
Ibarat anak Indonesia, lahir di luar negeri dan kursus bahasa asing langsung empat bahasa sekaligus. Sementara bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu malah belum dikuasai dengan baik. Jadi kalau ngomong suka campur-campur, kadang keluar Indonesianya, lalu Inggrisnya, dong-dong jowone melu metu.
Salah?
Nggak juga sih. Tapi jadi kompleks masalahnya.
Ahmad Sarwat
18 Mei pukul 16.27 ·
#Ahmad Sarwat